Senin, 15 Desember 2008

Pengganti Jet Tempur Hawk MK-53 Diajukan 2009

MK-53 TNI-AU

Madiun (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Subandrio mengatakan, pengajuan pengganti pesawat tempur Hawk MK-53 akan dilaksanakan 2009.

L-159B“Kalau bisa, 2009 langsung penandatanganan kontrak,” katanya kepada ANTARA, seusai melakukan terbang formasi bersama Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo dan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Sumardjono, di Madiun, Jawa Timur, Jumat.

Subandrio menjelaskan masa pakai MK-53 akan habis pada 2011, sehingga pengadaan penggantinya harus dipersiapkan sejak dini, yakni pada 2009, setelah pengajuan pengganti pesawat tempur taktis OV-10 Bronco selesai ditindaklanjuti oleh Departemen Pertahanan (Dephan).

Yak 130“Saat ini, kami masih menunggu keputusan Dephan tentang pengganti OV-10 Bronco. Salah satu penggantinya adalah Super Tocano dari Brazil. Setelah selesai, kita ajukan pengganti Hawk MK-53,” kata Subandrio.

Lanud Iswahjudi memiliki tiga skadron pesawat tempur, yakni Skadron 3 (F-16 Fighting Falcon), Skadron 14 (F-5-Tiger) dan Skadron 15 untuk Hawk MK-53.

Seluruh pesawat yang ada di Lanud Iswahjudi tercatat 28 pesawat, yakni F-16 (10 unit), F-5 Tiger (12 unit) dan MK-53 enam unit.

Komandan Skuadron 15 Lanud Iswahyudi, Mayor Pnb Adam Suharto mengatakan, dari enam unit Hawk MK-53 tersebut, yang dalam kondisi siap terbang hanya dua unit.

Aermacchi M346“Jadi, kesiapannya kini makin kecil dan harus segera diadakan penggantinya,” ujarnya.

Adam menambahkan, ketersediaan suku cadang yang makin sulit mengakibatkan tingkat kesiapan MK-53 makin menurun dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Karena itu, perlu ada pengadaan dengan segera minimal satu skuadron untuk menjaga optimalisasi kesiapan skuadron secara maksimal,” katanya.

Chengdu FTC-2000/JL-9Dalam kurun waktu 2005-2024 TNI AU berencana mengganti sejumlah pesawat tempur dan angkut yang telah memasuki usia pakai 20-30 tahun, seperti OV-10 Bronco yang kini telah “digrounded”, Hawk MK-53, F-5 Tiger dan F-16 Fighting Falcon.

Untuk pengganti Hawk MK-53, maka Mabes TNI AU mengajukan empat jenis pesawat yang sudah dijajal, yakni L-159B dari Ceko, Yak 130 dari Rusia, Aermacchi M346 dari Italia dan Chengdu FTC-2000/JL-9 dari China.(Sumber)

Berita Terkait :

TNI-AU Tunggu Pengganti OV-10 Bronco

HUT TNI Dilakukan Serempak di Beberapa Daerah

BANDA ACEH - Kendaraan tempur Kodam Iskandar Muda (IM) mengikuti pawai keliling kota di Banda Aceh, Kamis (9/10). HUT ke-63 TNI di Jajaran Kodam IM juga menggelar atraksi terjun payung dan bela diri di lapangan Blang Padang Banda Aceh. (FOTO ANTARA/Azhari/ss/mes/08




PEKANBARU - Sejumlah personil Paskhas 462 Pekanbaru beraris saat mengikuti peringatan HUT TNI ke-63 di Pekanbaru, Kamis (9/10). Peringatan HUT TNI di Pekanbaru diikuti ribuan personil gabungan dari delapan Batalyon TNI AD, AU dan AL. FOTO ANTARA/FB Anggoro/ss/mes/08.


MAKASSAR - Sejumlah pasukan TNI AD berbaris pada perayaan HUT TNI ke-63 di Lapangan Karebosi Makassar, Kamis (9/10). Puncak perayaan HUT TNI ke-63 tersebut akan diperingati pada Selasa, 14 Oktober 2008 di Dermaga Pangkalan Komando Armatim Surabaya. FOTO ANTARA/Yusran Uccang/ss/mes/08




SEMARANG - Sejumlah prajurit TNI berbaris sambil memegang senjata, saat mengikuti defile pasukan pada peringatan HUT ke-63 TNI, di lapangan Kodam IV/Diponegoro, di Semarang, Kamis (9/10). Puncak peringatan HUT TNI yang mengusung tema "Dengan Semangat Satu Abad Kebangkitan Nasional, TNI Bersama Segenap Komponen Bangsa Siap Menjaga Kedaulatan NKRI" itu akan berlangsung pada 14 Oktober mendatang di Surabaya. FOTO ANTARA/R. Rekotomo/ss/mes/08


MANADO - Dua anggota TNI mempertunjukkan atraksi pertempuran bersenjata pada HUT TNI ke-63 di Lapangan Tikala, Manado, Sulawesi Utara, Kamis (9/10). FOTO ANTARA/ Basrul Haq/mes/ss/08

Gladi Kotor Puncak HUT TNI ke-63

SURABAYA - Enam pesawat tempur milik TNI AU bermanuver di atas Koarmatim Ujung Surabaya. Tampak juga KSAL, Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, menyaksikan puluhan anggota TNI yang melakukan beladiri militer, saat gladi kotor upacara peringatan HUT TNI ke-63, Jumat (10/10). Peringatan HUT TNI yang dipusatkan di Surabaya tersebut, rencananya digelar pada 14 Oktober 2008 dan sebagai irup pada upacara tersebut adalah Presiden RI, Susilo bambang Yudhoyono. FOTO ANTARA/Eric Ireng/ss/hp/08.



Yang Terbaru di Defile HUT TNI ke-63

Pindad APS 6x6.....






AMX-10 dengan Meriam 105mm dan varian panser APC....




ZUR 23KG dengan SA-7 IGLA....



Rudal Hanud VSHORAD/ POPRAD....



Foto2 : KARBOL

Sukhoi TNI AU Dijadwalkan Tiba Januari 2009



Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono memperkirakan enam pesawat Sukhoi TNI Angkatan Udara buatan Rusia mulai tiba di tanah air pada Januari 2009.

"Kami baru saja menyelesaikan letter of creditnya ke Bank Indonesia, diperkirakan satu pesawat akan tiba Januari 2009 dan pada tiga bulan selanjutnya akan tiba dua pesawat lagi, begitu secara bertahap hingga enam pesawat," katanya, di Jakarta, Rabu (10/12).

Perusahaan Rusia penghasil pesawat tempur, Sukhoi, pada 21 Agustus 2007, mengumumkan penjualan enam pesawat tempur kepada Indonesia senilai 300 juta dollar AS (Rp2,85 triliun).

Enam pesawat itu terdiri atas tiga SU-30MK2 dan tiga SU-27SKM, yang akan melengkapi empat pesawat yang sudah dimiliki TNI Angkatan Udara (TNI-AU) sejak September 2003.

Penandatanganan nota kesepahaman bagi pengadaan enam pesawat tempur ini berlangsung saat pembukaan Pameran Kedirgantaraan Moskwa 21 Agustus 2007. Berbeda dari nilai di atas, dalam nota kesepahaman ini disebutkan bahwa nilai penjualan enam pesawat itu 355 juta dolar AS (sekitar Rp 3,37 triliun).

Semula pada 2008, tiga unit dijadwalkan tiba di Indonesia lengkap dengan persenjataannya untuk jenis SU-30MK2, sedangkan pada 2009 akan tiba jenis SU-27SKM.
Namun, karena berbagai hal maka kedatangan tiga pesawat Sukhoi pada 2008 menjadi tersendat dan baru dijadwalkan tiba pada Januari 2009.

Pesawat tempur Sukhoi ini akan berbasis di Skadron 11 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

Sumber : ANTARA

Latihan Satuan Tugas Operasi

Konvoi 9 KRI yang tergabung dalam Latihan Pratugas Satuan Tugas Operasi (satgasops) Perbatasan Laut berhasil melewati medan ranjau. Ranjau itu disebar pasukan musuh di perairan Selat Madura, Jumat (12/12).

Materi latihan juga mensimulasikan peperangan anti kapal permukaan dan kapal selam, serta peperangan anti serangan udara. (Foto: Dispen Armatim)

Sumber : DETIK



Pesawat Nir-Awak Buatan Indonesia (II)


UAV IRKUT-10

Ada yang menarik saat saya bertandang ke PT.Aviator Teknologi Indonesia (ATI) ) di Indo-Defence 2008 lalu, yakni terpampangnya logo IRKUT Corp. di backdrop stand pameran.

IRKUT Corp. adalah satu dari dua perusahaan asal Russia pembuat pesawat tempur terkenal Sukhoi, salah satu produk anyar-nya adalah pesawat Su-30MKM milik TUDM Malaysia.

Ternyata IRKUT juga punya lini produk berupa pesawat nir awak (UAV), dan perkembangannya sudah berjalan belasan tahun. Salah satu produk UAV yang ditampilkan di event Indo-Defense 2008 kemarin adalah IRKUT-10.

Meskipun bentuk dan ukuran IRKUT-10 jauh lebih ramping dibandingkan ScanEagle buatan Boeing-AS, kemampuannya tak kalah canggih dan modern. Dengan endurance 2,5 jam, UAV ini mampu menstransmit data-data yang diterima dari sensor yang dibawanya secara realtime ke stasiun pengendali yang berjarak 70Km jauhnya.

Fungsional IRKUT-10 lebih dikhususkan bagi unit-unit infantry dan artileri medan, namun untuk misi-misi tertentu payload bisa ditukar dengan perangkar sensor lainnya sesuai kebutuhan.

Cukup unik memang, selain bentuknya yang aerodinamis proses assembling/ perakitannya pun relatif mudah. Sehingga sangat cocok untuk digunakan unit khusus infantri dalam menjalankan operasi. Karena mudah dibawa kemana-mana oleh personnel.

Diperlukan waktu 15 menit untuk mempersiapkan UAV ini, dengan teknik peluncuran secara manual menggunakan tangan dan system ketapel. Semuanya bisa dilakukan oleh 1-2 personel saja, sekaligus merangkap kru ground control.



Skema control dan ground console station IRKUT-10

Kolaborasi PT.ATI dengan IRKUT Corp.

Pertanyaannya sekarang, apa hubungan antara IRKUT dan PT.ATI?!? Apakah IRKUT ingin memasarkan produknya lewat PT.ATI?!? Atau PT.ATI ingin menggandeng IRKUT jadi mitranya dalam mengembangkan UAV?!

Pertanyaan-pertanyaan ini sempat saya lontarkan langsung ke staf PT.ATI, jawabannya tak lain adalah “Transfer of Technology (ToT)”. "Ini harus segera dilakukan secepatnya oleh kita untuk mengejar ketertinggalan dalam pengembangan UAV", ungkapnya.

"Belum lagi besarnya dana yang diperlukan untuk penelitian dan pengembangan sampai dengan tahap produksi. Inilah jalan keluar, untuk mempersingkat waktu dan mengejar ketertinggalan di sistem kendali UAV", ujarnya menambahkan.

Paling tidak prototype dari Litbang BPPT (PUNA) pun nantinya dapat diaplikasikan sistem kendali dan sensornya, sehingga Pelatuk, Gagak dan Wulung yang mempunyai kemampuan angkut bervariasi dapat menyesuaikan payload seperti apa yang akan dibawanya.

Saat ini ada keterbatasan dalam pengadaan beberapa sensor dan sistem surveillance yang diperlukan untuk UAV yang dikembangkan di Indonesia. Perihal ini-lah yang akan di tutupi oleh IRKUT.

Kolaborasi ini tidak hanya berupa pengadaan beberapa perangkat sensor yang dibutuhkan, tetapi juga alih ilmu pengetahuan dan teknologi UAV yang dikuasai teknisi IRKUT kepada teknisi-teknisi di Indonesia.

PT.ATI juga kembali menegaskan bahwa IRKUT digandeng hanya sebagai mitra, bukan sebagai agen penjualan dari produk yang dipasarkan IRKUT. Begitu pula sebaliknya. Namun hubungan kesetaraan tetap diperlukan, karena jika mengesampingkan segi komersil maka industri strategis swasta tidak akan hidup lama.

Masih ada beberapa program ujicoba yang akan dilakukan antara IRKUT dan PT.ATI, dan mereka berharap 2009 nanti program ujicoba UAV/TUAV dapat rampung seluruhnya. Sehingga 2010 nanti pesawat nir-awak buatan anak bangsa ini bisa siap diproduksi.

Copyright @lutsista

Sistem Kendali Senjata Otomatis Dislitbang AL



Dilatarbelakangi akan kebutuhan dan peningkatan kemampuan sistem senjata terpadu, Dislitbang AL membangun sistem kendali senjata mesin yang akan diaplikasikan kebeberapa Ranpur yang dimiliki korps Marinir.

Sistem ini diharapkan bisa menggantikan pengoperasian (bidik dan gerak) senapan mesin Ranpur secara manual.

"Target kami nantinya sistem ini dapat terintegrasi dengan kontrol dan sensor deteksi yang ada, Sehingga pengoperasiannya bisa dilakukan langsung dari dalam Ranpur. Sehingga unsur keselamatan personil dapat lebih terjamin. Dan juga mengurangi ketergantungan terhadap produk luar negeri". ungkapkan staf Dislitbang AL.

Untuk sementara ujicoba masih dilakukan pada senapan mesin berkaliber ringan (7,62mm). Targetnya sistem ini akan menggunakan senapan mesin kaliber berat (12,7mm) dengan monitor warna dan Kamera pembidik. Jika memungkinkan sensor thermal juga bisa di integrasikan didalamnya.



Hasil uji coba program yang telah dijalani, sistem mampu memberikan sinyal dan data kepada driver motor yang memproses input data dari joystick untuk menggerakkan bearingan dan elevasi mounting senjata.

Seluruh perangkat keras seperti motor penggerak baringan dan elevasi (mounting senjata) penggerak picu (firing), kamera dan monitor TV dapat dioperasikan dengan baik. Sehingga operator dapat membidik dan menembak sasaran dengan menggunakan joystick dan monitor TV.

Copyright @lutsista

Simulasi Ops. Siaga Tempur Laut Kopaska TNI AL

JAKARTA, 15/12 - SIAGA TEMPUR LAUT. Sejumlah anggota Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL saat melakukan simulasi operasi siaga tempur laut penanggulangan teror pembajakan kapal di Tanjung Priok, Jakarta. Senin (15/12). Latihan operasi ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tempur prajurit dalam menangani ancaman teroris di laut. FOTO ANTARA/Rosa Panggabean/hp/08.




Senin, 08 Desember 2008

12 Pulau Terluar Rentan Diambil Negara Asing

Pulau Rondo

Pulau Rondo

Sedikitnya 12 pulau terluar milik Indonesia sangat rentan diambilalih oleh negara asing di perbatasan. Bila tidak segara diantisipasi, tidak mustahil, status kepemilikan pulau tersebut bakal lepas dari tangan Indonesia.

“Ini sebetulnya masih rahasia. Tapi sejumlah negara tetangga di perbatasan tercium tengah melakukan upaya guna meraih pulau itu. Bahkan tim bentukan Perpres No 78/2005 (tentang ppulau terluar) pun telah merekomendasikan agar ke-12 pulau itu perlu mendapat perhatian khusus,” beber Sekertaris Jenderal Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Siti Nurbaya Bakar, kemarin, di Jakarta.

Pulau Nipah

Pulau Nipah Pulau Rondo

Saat didesak, Siti menolak menjelaskan perihal upaya pengambilalihan pulau oleh negara lain itu. “Itu urusan Dephan. Tidak enak bila saya yang membeberkan,” elaknya.

Secara garis besar, bentuk ancaman bermacam-macam. Ada yang dalam bentuk pembalakan liar, seperti yang terjadi di Kalimantan Barat. Aparat tidak bisa berbuat banyak, lantaran pengusahan negara tetangga telah memberi ‘mahar’ pada sejumlah oknum petugas.

Pulau Berhala

Pulau Berhala Pulau Berhala

Lainya seperti, pengambilan pasir yang diekspor guna perluasan negara tetangga. Bila ini didiamkan, niscaya garis batas pantai negara tetangga bakal makin menjorok masuk ke wilayah Indonesia.

Bahaya lain adalah klaim kepemilikan yang sudah lama secara terbuka diajukan negara tetangga. Contohnya Pulau Batik yang diakui sebagai milik Timor Leste. Ke-12 pulau yang terancam itu menurut Siti adalah Pulau Rondo, Pulau Sekatung, Pulau Nipah, Pulau Berhala, Pulau Miangas, Pulaua Marapit, Pulaua Bross, Pulau Fanildo, Pulau Marore, Pulau Batik, dan Pulau Dana.

Pulau Miangas

Pulau Miangas Pulau Miangas

Pulau-pulau tersebut terhampar mulai dari wilayah Aceh, Jambi, Kepri, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, hingga Papua. Tercatat ada 92 pulau terluar yang ada di wilayah Nusantara. Luas pulau rata-rata 0,02 hingga 200 kilometer persegi. Hanya 50% dari 92 pulau terluar tersebut berpenghuni.

Terdapat 10 negara yang berdekatan dengan pulau terluar Indonesia. Negara tetangga itu antara lain Australia, Malaysia, Singapura, India, Thailand, Vietnam, Filipina, Papua Nugini, dan Timor Leste.

Pulau Marore

Pulau Marore Pulau Berhala

Kendati semenjak kasus lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan kita telah banyak banyak berubah, namun posisi Indonesia terbilang masih rentan. “Kalau ada sengketa dengan menggunakan hukum international, kita bisa repot,” imbuh Siti.

Lantaran itu, ia mengusulkan dibentuk suatu badan khusus yang mengurusi penanganan pulau terpencil. Badan tersebut wajib memiliki kekuatan untuk mengoordinasikan sejumlah instansi bagi pengembangan potensi warga di pulau.

Pulau Dana

Pulau Dana Pulau Berhala

Pasalnya, sudah bukan rahasia lagi, bila kesejahteraan warga di pulau terluar tidak tergarap dengan apik oleh pemerintah. Ini adalah kelemahan paling mendasar Indonesia bila bertarung di sidang international.

Titik lemah lain adalah pihak Departemen Luar Negeri yang menjadi ujung tombak perundingan, sangat minim diberi pasokan informasi soal pemetaan wilayah yang baik, pengetahuan hukum interantional yang baik, dan lainya.(Sumber)