Sabtu, 22 November 2008

Pangeran Andrew Tawarkan Helikopter Lynx



Jakarta (ANTARA News) - Pangeran Andrew Albert Christian Eduard yang merupakan putra Ratu Elizabeth dari Inggeris menawarkan helikopter Lynx, untuk mendukung kesiapan alat transportasi TNI.

"Helikopter itu memang bagus. Namun memerlukan platform yang lebih besar dari kapal korvet Belanda dan pernah digunakan beliau saat berdinas di Angkatan Laut," kata Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono, seusai menerima Pangeran Andrew di Jakarta, Kamis.

Menanggapi tawaran itu, Juwono mengatakan karena terlalu mahal, maka pihaknya tidak akan memenuhi tawaran itu dan akan lebih memilih helikopter Bell.

Pada pertemuan sekitar 30 menit itu, dibicarakan pula rencana pemerintah Indonesia untuk mengalihkan pembiayaan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) dari mekanisme Kredit Ekspor (KE) ke rupiah murni dengan menggunakan dana bank pemerintah.

Selain menawarkan helikopter, tambah Menhan, dalam pertemuan itu kedua perwakilan negara itu sepakat untuk meningkatkan kerja sama pertukaran perwira menengah yang selama ini telah berjalan.

Kerjasama pertahanan kedua negara masih terbatas pada pertukaran siswa perwira menengah untuk Strata 2 strategi pertahanan dan manajemen pertahanan.

"Ini merupakan bentuk diversifikasi. Kita juga mengirimkan perwira kita ke Amerika Serikat, Jepang dan China selain ke Inggris," ungkap Juwono.

Kunjungan Pangeran Andrew ke Indonesia 3 hingga 6 Maret mendatang sebagai perwakilan perdagangan dan investasi Inggris.

Selama kunjungan ke Indonesia, Pangeran Andrew menyampaikan pujiannya terhadap besarnya negara Indonesia. (*)

Sumber : ANTARA

Skadron-31/ Serbu

Here's Mi-35P "Hind-E", tremendous fearsome Fighting Platform! (for John Rambo of course..:D) Enjoy the pictures bro...








Source

Berinovasi di Tengah Berbagai Keterbatasan


Kapal Landing Platform Dock (LPD) yg tengah dibangun PT.PAL

Inilah salah satu dari dua unit kapal jenis landing platform dock 125 meter, yang dibangun di galangan pembuatan kapal milik PT PAL, Surabaya, Jawa Timur. Rencananya kapal pesanan dari Departemen Pertahanan untuk TNI Angkatan Laut itu selesai Mei 2009.

Kemandirian industri persenjataan? Hal itu bukan sesuatu yang tidak masuk akal untuk diwujudkan di Indonesia. Bahkan, sebetulnya kemandirian hanya perkara waktu dan pembiayaan belaka.

Dengan dana dan waktu yang memadai, terutama untuk bisa terus memproduksi serta memperbaiki kesalahan dan kekurangan produk sebelumnya, kemandirian peralatan utama sistem persenjataan (alutsista) adalah suatu keniscayaan di negeri ini.

Cuma masalahnya, kapan kita akan punya cukup biaya dan waktu untuk mewujudkan kemandirian itu? Boleh jadi pertanyaan itu masih pelik untuk bisa dijawab dalam waktu dekat. Apalagi, mengingat alokasi anggaran belanja pertahanan selama ini jauh di bawah 50 persen dari kebutuhan riil minimal.

Akan tetapi, hal itu tidak lantas membuat sejumlah industri strategis nasional berhenti melakukan sesuatu. Bahkan, walau masih banyak menemui berbagai kendala, beberapa industri strategis nasional setidaknya telah menghasilkan sejumlah produk alutsista yang dapat diandalkan.


LPD TNI-AL yang dibangun di Korea Selatan

Sebut saja PT PAL di Surabaya dan PT Pindad, khususnya Divisi Amunisi, yang berada di Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kedua industri strategis itu terbukti mampu menghasilkan sejumlah produk persenjataan yang dapat diandalkan.

Dalam paparannya di depan sejumlah wartawan, Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum PT PAL Sewoko Kartanegara menyatakan mendapat kepercayaan sejumlah negara, terutama dalam pembuatan kapal jenis niaga. Paparan itu digelar saat sejumlah wartawan berkunjung ke PT PAL dan PT Pindad atas undangan Departemen Pertahanan, akhir Oktober lalu.

Selama ini, menurut Sewoko, PT PAL sanggup membangun kapal angkut peti kemas berbobot mati 50.000 ton, sejumlah varian kapal tanker, kapal penumpang, dan kapal penangkap ikan. PT PAL juga mampu membangun galangan pengeboran minyak lepas pantai dan pembangkit listrik berkekuatan hingga 600 megawatt. Tidak hanya itu, PT PAL juga bergerak di bidang pemeliharaan dan perbaikan kapal, bahkan kapal perang dan kapal selam milik TNI Angkatan Laut (AL).

Pada divisi kapal perang, PT PAL juga membangun sejumlah kapal patroli cepat (fast patrol boat/FPB), mulai dari kapal dengan panjang 14 meter, 24 meter (lambung kayu), FPB 24 meter (lambung aluminium), FPB 28 meter (lambung kayu), dan FPB 34 meter lambung aluminium.

Kapal patroli cepat itu dibeli sejumlah instansi pemerintah, mulai dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Polri, BP Migas, hingga BPPT, dan pesanan Departemen Pertahanan untuk keperluan TNI AL.

Untuk kepentingan TNI AL, PT PAL membangun 12 unit kapal FPB jenis 57 meter, baik tipe patroli, SAR, maupun kombatan (dipersenjatai). Dengan pengalaman itu, PT PAL sekarang membangun dua unit kapal jenis landing platform dock (LPD) dengan panjang 125 meter.

Dua unit kapal itu adalah bagian dari total empat unit kapal yang dipesan Pemerintah Indonesia (Departemen Pertahanan) ke galangan pembuatan kapal di Korea Selatan, yang kemudian disubkontrakkan kembali ke PT PAL. Rencananya, Mei 2009, satu unit kapal LPD 125 meter selesai dibangun di PT PAL.

Kapal LPD 125 meter itu dirancang sebagai kapal angkut personel dan juga tiga unit helikopter berukuran kecil. Kecepatan maksimum kapal itu mencapai 15 knot dan memiliki daya tahan (endurance) berlayar selama 30 hari.

Saat ini PT PAL juga tengah mengembangkan sejumlah persenjataan dan beberapa jenis kapal perang lain. Jenis inovasi itu seperti pengembangan pembangunan Kapal Perusak Kawal Rudal 105 meter.

Selain itu, PT PAL juga tengah mengembangkan kapal pengangkut helikopter dari kapal angkut sipil jenis STAR-50 Double Skin Bulk Carrier berbobot mati 50.000 ton (DWT), yang telah dibangunnya.



Tank Amfibi BTR-50P

Inovasi lain yang patut dibanggakan, PT PAL saat ini juga tengah memodifikasi kendaraan tempur amfibi BTR-50P menjadi armoured floating vehicle. Jika semua jenis persenjataan itu dapat dibangun, dipastikan akan menghemat penggunaan anggaran pengadaan senjata lumayan besar.

Sayangnya, tambah Sewoko, bisa dibilang seluruh industri strategis dalam negeri yang ada, termasuk PT PAL, mengalami kekurangan modal kerja. Padahal, ketersediaan modal kerja itu sangatlah dibutuhkan untuk bisa berproduksi.

Sebenarnya diyakini masih ada sedikit peluang pengadaan modal kerja itu diperoleh dari alokasi pengadaan lewat mekanisme kredit ekspor. Namun, peluang itu masih terkendala masalah kebijakan keuangan yang ada.

Belum lagi persoalan masih ditambah dengan minimnya daya beli TNI sebagai pengguna akhir (end user) produk mereka, yang juga mengalami keterbatasan anggaran akibat minimnya alokasi belanja pertahanan pemerintah.

Akibatnya tidak heran proyek besar, seperti Korvet Nasional, yang sudah dicanangkan sejak tahun 2004, tidak kunjung terealisasi. Padahal, PT PAL secara teknologi dan sumber daya manusia terbilang punya pengalaman dan kemampuan.

Meski begitu, proyek bergengsi macam itu tetap membutuhkan dukungan dana yang memadai, termasuk komitmen kebijakan yang berkelanjutan dari pemerintah, siapa pun yang terpilih dalam pemilu mendatang.

Sumber : KOMPAS

BMP-3F Tiba Pertengahan Tahun 2009



Jakarta - Korp Marinir TNI Angkatan Laut pertengahan tahun depan memiliki satu kompi atau sebanyak 17 unit tank tipe BMP-3F buatan Rusia. "MoU sudah diteken," kata staf Korp Marinir Brigadir Jenderal Baharuddin, Selasa (18/11) di markas Marinir, Cilandak-Jakarta di acara Hari Ulang Tahun Marinir ke-63.

Tank ini akan bergabung dengan Resimen Kaveleri Marinir. Baharuddin belum memastikan tank ditempatkan di Armada TNI AL kawasan Barat atau Timur. Tank BMP-3F adalah generasi terbaru dari tank pendahulunya, tipe BVP. Selain langsung bisa terjun dari darat ke laut (tanpa tenggelam), tank BMP-3F memiliki keunggulan mampu berjalan di air dengan kecepatan 13 kilometer per jam atau sekitar 7 knot per jam.

Untuk perjalanan darat tank ini mampu menempuh kecepatan hingga 70 kilometer per jam, dengan kemampuan berjalan di medan pegunungan mencapai 45 kilometer per jam. “Tank ini juga mampu menembak dengan berjalan.

Tank ini juga dilengkapi dengan senjata kaliber 100 milimeter canon, serta 38 butir amunisi yang mampu menembak ke udara dengan sasaran pesawat maupun helikopter. Selain itu juga dilengkapi dengan senjata 7,62 milimeter yang merupakan senjata mesin ringan. “Pokoknya ini yang tercanggih saat ini.”

Sumber : TEMPO INTERAKTIF

Dephan Tertarik Kapal Selam Jerman dan Korea


Kapal selam Diesel-elektrik kelas SS-209 Changbogo

DEPARTEMEN Pertahanan (Dephan) tidak lagi fokus membeli kapal selam buatan Rusia. Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengaku tengah menjajaki tawaran dari Jerman dan Korea Selatan.

"Kami ingin mencari kapal yang lebih murah perawatannya," katanya di Jakarta, pekan lalu. Senjata buatan Rusia dikenal sulit dan mahal dalam perawatan. Contohnya operasional pesawat tempur Sukhoi yang memakan Rp.500 juta per jam terbangnya. Bandingkan dengan biaya terbang F-16 dari Amerika Serikat yang "hanya" Rp.70 juta atau pesawat asal Inggris, Hawk 109/209 yang sekitar Rp.60 juta.

Alasannya tak hanya itu, Indonesia sudah memiliki sejarah kapal selam dengan kedua negara tersebut. Dua kapal selam yang dimiliki Indonesia saat ini, KRI Cakra dan KRI Nanggala didatangkan dari Jerman, 20 tahun lalu. Kedua kapal selam itu merupakan tipe 209/1300 yang banyak digunakan AL sedunia.

Sedangkan Korea Selatan, yang telah mendapat lisensi Jerman, menangani overhaul KRI Cakra pada 2004 lalu. Perbaikan menyeluruh KRI Nanggala yang direncanakan 2009 juga condong dilakukan di galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering, Korea.

"Kami akan menambah dua kapal selam lagi dalam 10 tahun mendatang," kata Juwono. Dirjen Sarana Pertahanan Dephan Marsda Eris Herryanto menolak berkomentar dari negara mana kapal selam terbaru didatangkan. Pasalnya, saat ini Dephan masih menunggu spesifikasi teknis yang disusun TNI AL. Setelah spesifikasi diterima, baru diadakan tender terbuka.

"Belum diputuskan condong ke mana. Terbuka untuk semua negara pembuat kapal selam," kata Eris. Jadi, tambahnya, tidak menutup kemungkinan kapal selam Rusia menjadi pilihan. Apalagi, kapal selam termasuk dalam paket kredit negara dengan Rusia, senilai US$ 1 miliar. Kredit tersebut disepakati kedua kepala negara 2006 lalu.

Eris menjelaskan, faktor penentu adalah alih teknologi yang ditawarkan negara produsen. Selain itu, kemudahan logistik yakni sarana, prasarana, dan kemudahan perawatan juga dianggap penting.

Hingga kini, belum ada pembicaraan terkait alih teknologi dengan Rusia. Sebaliknya, Korea telah menawarkan beberapa kali. Alih teknologi dengan Korea juga sudah berjalan dalam pengadaan empat kapal landing platform dock (LPD). Dua kapal sudah selesai dibangun di Korea, dua sisanya dilaksanakan di PT PAL, Surabaya.

Saat ini, Dephan masih mempelajari penawaran alih teknologi kapal selam tersebut. "Apakah tawaran itu benar-benar salah satu tahapan alih teknologi," kata Eris. Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Iskandar Sitompul menjelaskan, akan segera menyerahkan spesifikasi kapal selam dan kapal perusak kawal rudal.

"Pembahasan tim terus dikebut," katanya. Dia berharap, dengan penyerahan spesifikasi, Dephan dapat lebih cepat memproses pengadaan senjata strategis itu.

Sumber : JURNAS

Menhan Terima Menteri Perekonomian Belanda


KRI Frans Kaisiepo-368 dijadwalkan tiba di tanah air Maret 2009

Bahas Alih Teknologi Korvet Sigma

Jakarta – Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono menerima kunjungan kehormatan Menteri Bidang Perekonomian Kerajaan Belanda HE. Mrs. M.I.A (Maria) Van Der Hoeven dengan didampingi Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Belanda Junus Effendie Habibie, Senin (10/11), di kantor Dephan, Jakarta. Saat menerima tamunya, menhan didampingi Staf Ahli Menhan Bidang Ekonomi DR.IR.Pos M. Hutabarat, M.A., Staf Khusus Menhan Bidang Ekonomi Adnan Ganto dan Karo Humas Setjen Dephan Brigjen TNI S. Hariyanto.

Dalam kesempatan tersebut delegasi Kerajaan Belanda menyampaikan kepada menhan mengenai beberapa program kerja sama dalam bidang industri pertahanan terutama tentang pembangunan atau perbaikan kapal laut yang dijadwalkan akan tiba di Surabaya dalam waktu dekat, sekitar maret 2009. Selain itu juga dibicarakan mengenai program transfer of technology yang sangat membantu industri pertahanan seperti training yang akan diterapkan di PT PAL Surabaya.

Menurut Menteri Perekonomian Belanda yang harus digarisbawahi dan menjadi perhatian adalah mengenai transfer of technology yang dapat menjadi nilai tambah dan sangat bagus bagi perkembangan industri pertahanan di Indonesia di masa yang akan datang. Berkenaan dengan hal tersebut Menteri Perekonomian Belanda menyampaikan kepada menhan bahwa dirinya telah melakukan pertemuan dan berdiskusi dengan Menteri Perdagangan Indonesia (Menperindag) Mari pangestu.

Dalam pertemuannya dengan menperindag, tidak hanya membicarakan masalah perdagangan saja tapi juga mengenai transfer of technology yang akan membangun hubungan yang lebih erat antara Indonesia dan Belanda terutama dalam bisnis kapal laut.

Selain itu juga Menteri Perekonomian Belanda menambahkan bahwa pemerintah kerajaan Belanda akan membantu Indonesia dalam masalah keuangan seperti credit eksport assurance atau jaminan ekspor kredit yang akan dilaksanakan tahun depan.

Menanggapi perihal transfer of technology, menhan menjelaskan tentang National Corvett Program yaitu program pembangunan lebih dari 30 kapal corvet sekelas sigma plus untuk kebutuhan negara-negara besar. Karena keterbatasan anggaran dan aspek demokratis maka tujuan program tersebut akan dilaksanakan dengan tetap menjalin hubungan dengan pemegang tender lainnya seperti dengan negara Korea Selatan, Jerman dan Spanyol.

Selain itu menhan menjelaskan mengenai keamanan di selat Malaka yang menjadi jalur lalu lintas perdagangan yang sangat strategis dan kunci utamanya adalah kerja sama antara Indonesia, Singapura dan Malaysia dalam menjaga kawasan selat Malaka. (ER/HDY)

Sumber : DMC

Pemantapan Kesiapan Yonif 700/Raider

Yonif RiderPangdam VII/Wrb diwakili Kasdam VII/Wrb Brigjen TNI Wibowo, S.IP membuka secara resmi penyelenggaraan latihan pemeliharaan pemantapan Batalyon Infanteri 700/Raider di lapangan Yonif 700/Raider, Rabu (19/11) kegiatan tersebut akan berjalan selama 14 hari diikuti oleh 747 orang prajurit, yang ditandai dengan pemeriksaan kesiapan pasukan dan pemasangan pita pada peserta. Pangdam VII/Wrb Mayjen TNI Djoko Susilo Utomo dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Kasdam VII/Wrb mengatakan, sebagai satuan pemukul Kodam VII/Wrb, Batalyon ini dituntut memiliki profesionalisme yang tinggi sehingga dalam mengantisipasi bentuk situasi ancaman apapun, kekuatan lawan yang dihadapi dan mampu menghancurkan dengan tehnik tempur secara khusus yang dimiliki.

Diharapkan kepada semua pelatih dan peserta agar melaksanakan latihan ini dengan penuh semangat sesuai dengan motto latihan yang dipegang selama ini yaitu “Lebih Baik Kita Mandi Keringat Dalam Latihan Dari Pada Mandi Darah Dimedan Pertempuran”.

Oleh karena itu, melalui latihan pemantapan ini, kualitas dan kualifikasi kemampuan yang dimiliki oleh prajurit Yonif 700/Raider yang selama ini telah terbina dan terlatih dapat ditingkatkan secara optimal.

Komandan Latihan Letkol Inf IGK Rai Gunawan, S.IP mewakili Danrindam VII/Wrb melaporkan, Yonif 700/Raider melaksanakan operasi pemulihan keamanan di daerah moncongloe kompleks, Makassar dan Pulau Balang Lompo Kec. Tuppa Biring Kab. Pangkep dalam rangka mendukung operasi pemulihan keamanan Satuan Tugas Wirabuana, untuk meningkatkan kemampuan secara profesional bagi prajurit Yonif 700/Raider untuk menjadi prajurit handal, tangguh dan memiliki kemampuan untuk menghancurkan lawan dengan memanfaatkan unsur pendekatan.

Dikatakan, dalam latihan yang berlangsung dari tanggal 19 Nopember dan berakhir tanggal 2 Desember 2008 ini, materi yang akan dilaksanakan antara lain bidang komando pengendalian, bidang taktik yang mampu membebaskan tawanan dan menghancurkan secara optimal. Bidang tehnik para prajurit harus mampu mengatasi menguasai rintangan baik rintangan alam mapun buatan agar menghancurkan sasaran yang mempunyai tehnik sesuai daerah medan, yang nantinya mampu melaksanakan tugas dan tindakan yang benar terhadap obyek dalam operasi militer.(Sumber)

Latma Elang Malindo Ke-23 Berakhir

LATMA ELANG MALINDO KE-23

LATMA ELANG MALINDO KE-23Latihan Bersama (Latma) Operasi Udara antara TNI Angkatan Udara dengan Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) telah berakhir yang ditandai dengan penutupan oleh Wakasau Marsdya TNI Wardjoko dan Wakil Panglima TUDM Letjen Datuk Seri Bashir bin Hj Abu Bakar, di Pangkalan Udara Butterworth Malaysia, Kamis (21/11).

Latihan yang berlangsung dari tanggal 10-20 November 2008 tersebut, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Angkatan Udara kedua negara dalam prosedur operasi bersama, selain itu untuk meningkatkan kemampuan TUDM dan TNI AU dalam operasi taktik terkoordinasi dalam rangka kerjasama keamanan wilayah perbatasan Malaysia dan Indonesia.

LATMA ELANG MALINDO KE-23Dalam sambutannya Wakasau mengatakan, Latihan Bersama Elang Malindo menjadi suatu momen penting untuk menjalin hubungan persahabatan antar dua Angkatan Udara baik TNI AU dan TUDM yang semakin erat, latihan ini juga memberikan kesempatan berharga bagi para air crew dan ground crew serta personel pendukung untuk saling bertukar pangalaman dan informasi dalam konteks latihan maupun kehidupan sebagai bangsa serumpun.

“Melalui latihan bersama ini, bukan saja menjadikan kerjasama antara TNI AU dan TUDM menjadi lebih lancar, tetapi lebih dari itu menjadikan hubungan diplomatik pemerintah Indonesia dan Malaysia akan terjalin dengan baik”, ujar Wakasau.

LATMA ELANG MALINDO KE-23Materi latihan ini meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta prosedur dalam lingkup Operasi Udara Bersama secara terkoordinasi yang meliputi Air Intercept, Maritim Offensive Air Operation, Fighter escort/composite Air Operation, force Down dan Law Inforcement, Combat Search and rescue, Dropping Personnel and Cargo serta Medical evacuation.

Dalam latihan ini Malaysia melibatkan tiga pesawat F/A 18D Hornet, tiga Hawk 108/109, satu CN-235 dan satu Helikopter Nuri SK61A-4, sedangkan TNI AU melibatkan tiga pesawat F-16 A/B, tiga Hawk 109/209, satu CN-235 dan satu Helikopter Puma SA-330.(Sumber)
LATMA ELANG MALINDO KE-23 LATMA ELANG MALINDO KE-23

LATMA ELANG MALINDO KE-23

Demo udara TNI AU

F-16 TNI-AUDalam memeriahkan pameran alat utama sistem senjata “Indodefence & Indoaerospace 2008″ yang berlangsung di Bandara Halim Perdana Kusuma, tiga pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Madiun dan satu pesawat latih KT-1 dari Skadik 102 Lanud Adisucipto Yogyakarta, mengadakan demo udara di depan para pengunjung, Jum’at (21/11).

Para penerbang F-16 yang sebelumnya melaksanakan latihan bersama dengan Malaysia “Elang Malindo XXIII” ini melakukan berbagai manuver udara. Dipimpin langsung Komandan Skadron Udara 3 Letkol Pnb Fajar Adriyanto yang terbang bersama Kapten Pnb Yoga dengan pesawat F-16 nomor TS-1602

Sedang pesawat F-16 nomor TS-1610 diterbangkan Mayor Pnb Firman bersama Kapten Pnb Zulmaizir dan Kapten Pnb Agus Dwi bersama Kapten Pnb Bambang Apri menerbangkan pesawat nomor TS-1605. Manuver yang diperagakan meliputi Fly Pass V Formation, Echelon turn, Hi-G turn, Hi Speed Low pass dan bom burst.

Untuk pesawat latih, penerbangnya yaitu Komandan Skadron Pendidikan 102 Letkol Pnb Basuki Rahmad bersama Mayor Pnb Ramot dengan pesawat nomor LD-0112. Manuvernya meliputi Hi G Turn, loop, Coban 8, Imelman, Split S, Clover leaf, Inverted, 4 Point rool, Stall turn, Landing Configurasi pass serta tactical pass.

Seusai melaksanakan demo udara, ketiga pesawat F-16 Fighting Falcon tersebut langsung kembali ke “home base”nya di Lanud Iswahjudi di Madiun, sedangkan pesawat latih KT-1 pada tanggal 22 November 2008 akan melaksanakan Aerobatic di hadapan para pengunjung pameran Indodefence and Aerospace 2008 Expo & Forum.(Sumber)

Industri Sista Nasional unjuk gigi

Panser Produk PT. PindadJakarta, Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono mengatakan, Pameran Pertahanan Indonesia (Indodefence) dan Pameran Kedirgantaraan Indonesia (Indo Aerospace) 2008, dapat makin memacu pemberdayaan BUMN Industri Strategis Pertahanan nasional.

“Pemberdayaan BUMNIS pertahanan, selain memberikan manfaat bagi pengadaan alat utama sistem senjata TNI dari dalam negeri, juga menggairahkan sektor riil seperti perangkat elektronik dan perlengkapan lainnya,” kata Juwono Sudarsono kepada ANTARA, di Jakarta, Selasa.

Saat itu Juwono baru saja meninjau persiapan akhir Indodefence dan Indo Aerospace 2008, di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma.

Panser Produk PT. PindadDidampingi Dirjen Sarana Pertahanan Departemen Pertahanan (Dephan) Marsekal Muda Eris Hariyanto, Juwono mengatakan, pengadaan alat utama sistem senjata TNI dari dalam negeri dapat menghemat biaya 300 hingga 400 juta dolar AS dibandingkan mendatangkan dari mancanegara.

Dalam kegiatan yang akan dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Rabu (19/11), Menhan Juwono juga dijadwalkan menerima kunjungan kehormatan Panglima Angkatan Bersenjata dan kepala staf angkatan dari lima negara termasuk Wakil Menhan Belanda.

Sekitar 400 perusahaan pertahanan dari 37 negara akan mengikuti Pameran Pertahanan Indonesia pada 19-22 November itu.

Panser Produk PT. PindadDirut PT Napindo Media Ashatama Herman Wiriadipoera, selaku penyelenggara, mengatakan, 37 negara itu sudah termasuk sebelas paviliun negara yaitu Singapura, Rusia, Indonesia, Malaysia, Jerman, Polandia, Korea Selatan, Belanda, Amerika Serikat, Bulgaria dan Inggris.

Ke-400 perusahaan yang mengikuti Indo Defence Expo and Forum 2008, antara lain MBDA, Sukhoi, EADS, Brahmos, Bumar, Sp.z.o.o, Ultra TCS, Kazan Helicopters, Wahgo International Corporation, SAS International, Kawan Lama, Victorinox, dan North Sea Boats.

Dari dalam negeri, BUMN Industri Strategis yang akan ikut dalam pameran tersebut antara lain, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, PT LEN, PT Krakatau Steel, PT INKA, PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, PT Barata Indonesia, PT Dahana.

Panser Produk PT. Pindad“Berbeda dengan tahun sebelumnya, Indo Defence Expo dan Forum 2008 diselenggarakan satu paket bersama dengan Pameran Dirgantara Indonesia (Indo Aerospace) 2008,” kata Herman.

Karenanya, tambah dia, selain akan ditampilkan sekitar 15 jenis pesawat di “static line” juga akan ditampilkan 150 panser VAB yang merupakan produksi bersama PT Pindad dan Renault Perancis.

Selain pameran, kegiatan Indo Defence Expo and Forum dan Indo Aerospace akan dimeriahkan dengan seminar tentang kemampuan teknologi pertahanan dan meningkatkan transportasi nasional, kata Herman.(Sumber)

Skadron Sukhoi TNI AU

SukhoiLEMBANG - Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Subandrio menyatakan enam pesawat tempur Sukhoi dari Rusia akan tiba di Indonesia awal 2009 mendatang.

“Diperkirakan pada 22 Januari nanti, enam unit Sukhoi bisa didatangkan lengkap dengan persenjataannya,” ujarnya seusai acara Penutupan Pendidikan Perwira Siswa (Pasis) Seskoau Angkatan ke-45, di Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (20/11).

Subandrio mengatakan dengan adanya penambahan Sukhoi, diharapkan dapat meningkatkan layanan TNI AU di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Dengan kekuatan yang ada sudah lumayanlah. Tinggal, kita dapat meningkatkan pemantauan (operasional) udara semaksimal mungkin,” katanya. Selain itu, ia menjelaskan keberadaan Skadron Udara 11, Pangkalan Udara (Lanud) Hasanuddin di Sulawesi Selatan telah memenuhi syarat sehingga tidak diragukan lagi sebagai pangkalan Sukhoi.

“Untuk menjaga keamanan udara dari Sabang hingga Merauke, maka keberadaan beberapa Lanud, termasuk Hasanuddin, masih menjadi pangkalan utama dalam mengawasi wilayah timur,” paparnya.

Sementara itu, menaggapi adanya pemangkasan anggaran TNI AU dalam pengadaan alat utama sistem siaga (Alutsista), Kasau meminta agar pemotongan anggaran tidak terjadi pada anggaran operasional dan pendidikan. “Sementara ini, untuk pembangunan fasilitias bolehlah ditunda. Misalnya, pembangunan mes atau gedung. Paling tidak seperti tahun kemarin,” tegasnya.

Menurutnya, untuk menopang anggaran Alutsista, pihaknya akan berupaya untuk melakukan penghematan sehingga alat penunjang keamanan udara dapat terealisasi. Mudah-mudahan tidak ada halangan, sehingga enam Sukhoi dapat didatangkan untuk menunjang operasional TNI AU,” pungkasnya.(Sumber)

Patroli Laut TNI AL

KRI Imam BonjolPatroli Udara dan Laut perbatasanJakarta - Pemerintah Indonesia dan Malaysia setuju untuk mensahkan prosedur tetap (protap) patroli udara terkoordinasi di wilayah perbatasan kedua negara dalam Sidang ke-37 General Border Committee Malaysia-Indonesia (GBC Malindo).

Panglima TNI Jenderal TNI, Djoko Santoso, di sela-sela Sidang ke-6 Komite Tingkat Tinggi (High Level Committee/HLC) GBC Malindo di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa protap itu meliputi jumlah personel, frekuensi dan wilayah operasi.

“Patroli udara di perbatasan itu terutama untuk memantau dari udara situasi da kondisi keamanan di perbatasan darat RI-Malaysia,yang rawan terhadap berbagai kegiatan ilegal,” ujarnya.

Asisten Operasi Panglima TNI Mayjen TNI Supiadin mengatakan, kemungkinan patroli udara terkoordinasi di perbatasan darat RI-Malaysia akan dilakukan sebulan sekali, tergantung pada situasi dan tingkat kebutuhan kedua pihak.

“Pelaksanaanya kira-kira sama dengan yang dilakukan di Selat Malaka,” katanya.

RI dan Malaysia memiliki segmen perbatasan darat dan laut. Perbatasan di darat di sepanjang Kalimantan, sedangka perbatasan laut di Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan Laut Sulawesi.

Sedangkan, perbatasan darat RI-Malaysia dengan panjang 2.004 meliputi perbatasan darat Kalimantan Timur-Sabah dan Kalimantan Barat-Serawak.(Sumber)

Minggu, 16 November 2008

Ambalat

KRI Karel Satsuit Tubin

ANGKATAN Laut Tentara Nasional Indonesia mengerahkan enam kapal perang ke perairan Ambalat di Kalimantan Timur. Itulah perairan yang mulai sering menjadi arena konflik antara Indonesia dan Malaysia.
Beberapa kali kapal-kapal patroli Tentara Diraja Malaysia memasuki perairan itu. Pada 2005 sempat terjadi ketegangan di wilayah itu ketika kapal perang Malaysia dan Indonesia sama-sama mengambil posisi siap tempur.
Ketegangan di perairan Ambalat adalah letupan baru dari sebuah persoalan lama. Yaitu betapa buruknya Indonesia menjaga dan mengamankan wilayah-wilayah perbatasan. Yang dikeluhkan masih sama. Wilayah terlalu luas, sedangkan kapal patroli terlalu sedikit. Selain itu, tumpang-tindih klaim wilayah antara Indonesia dan Malaysia disebabkan peta wilayah yang berbeda. Malaysia mengklaim wilayah berdasarkan peta Inggris, sementara Indonesia mendasarkan pada peta Belanda.
Atas legitimasi peta yang berbeda itulah Indonesia dan Malaysia bersengketa di Mahkamah Internasional tentang Pulau Sipadan dan Ligitan. Mahkamah memenangkan Malaysia sehingga kedua pulau itu lepas dari tangan Indonesia dan kini menjadi resor wisata yang semakin diminati dunia.
Wilayah yang terjaga dan dihormati adalah salah satu komponen kedaulatan. Satu negara yang wilayahnya terus menciut karena digeser-geser negara lain, secara sengaja maupun tidak sengaja, lama-kelamaan kehilangan kedaulatannya.
Bila konsistensi wilayah menjadi ukuran, Indonesia sesungguhnya telah kehilangan kedaulatan di banyak tempat. Tidak hanya di laut, tetapi juga di darat. Dan, harus diakui konflik kedaulatan atas wilayah memang paling banyak terjadi antara Indonesia dan Malaysia daripada dengan negara-negara lain yang berbatasan.
Perbatasan Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan terus bergeser dari tahun ke tahun. Malaysia semakin memperluas wilayahnya, sementara Indonesia semakin menciut. Salah satu pemicunya adalah pembalakan liar yang dicukongi modal Malaysia dan dilakoni orang Indonesia melalui persekongkolan dengan oknum-oknum pemegang otoritas wilayah.
Pengerahan kapal perang ke perairan Ambalat adalah kewajiban bila kedaulatan wilayah diganggu. Tetapi, kedaulatan wilayah sesungguhnya tidak semata urusan kemampuan patroli dan kemampuan perang yang didukung peralatan canggih. Kedaulatan sebuah negara juga ditentukan konsep pengembangan wilayah itu sendiri.
Harus diakui sampai sekarang Indonesia masih dibelenggu konsep pengembangan wilayah yang sangat keliru. Semakin dekat dengan pusat kekuasaan dan ibu kota semakin strategis status wilayahnya. Semakin jauh wilayah dari pusat kota dan kekuasaan semakin kehilangan makna.
Apa yang terjadi dengan konsep kewilayahan seperti itu? Daerah perbatasan yang menjadi nyawa kedaulatan dianggap dan diperlakukan sebagai daerah terpencil. Padahal negara lain memperlakukan perbatasan sebagai daerah strategis. Lihat bagaimana Malaysia membangun kota modern di Tawao, sementara Indonesia menganggap Nunukan daerah terpencil. Perbedaan Tawao dan Nunukan bagai langit dan bumi. Dengan membangun kota modern di perbatasan, Malaysia dengan cerdik memanfaatkan kelengahan Indonesia terhadap kedaulatan wilayah.
Pencurian ikan yang marak di semua perairan Indonesia oleh nelayan-nelayan asing adalah contoh lain bagaimana kita memperlakukan wilayah. Ikan-ikan yang terjaga adalah yang dekat dengan pusat-pusat kekuasaan. Semakin jauh semakin tidak dipedulikan. Jadi, supaya Ambalat tidak menjadi Sipadan dan Ligitan berikutnya, Indonesia harus mengubah secara total konsep kewilayahan. Daerah perbatasan harus diperlakukan sebagai wilayah strategis, bukan terpencil. Selain itu, Indonesia harus mendesain diri sebagai negara lautan, bukan negara daratan seperti selama ini.