Selasa, 26 Oktober 2010

PT44 High Mobility Truck



Rantis Angkut Personel MAESA-PT44

Rantis (Kendaraan Taktis) MAESA PT44 buatan asli putra Indonesia ini, dirancang sebagai kendaraan angkut personel dan artileri carier yang mampu bermanuver di segala medan. Salah satu perancangnya, Mr. Sharsono, perancang ISS (Independent Suspension System) dan rangka/ casis memberikan keterangan seputar rantis hasil rancangannya.

Full Independent Suspension System

MAESA Series “0” adalah Truk Segala Lapangan yang khusus di rancang dan dibuat untuk mengangkut barang dan pasukan.
Maesa memiliki daya angkut sebesar 4000 Kg. Sistim suspensi bebas yang dipasang pada ke empat roda Maesa membuat kendaraan taktis ini dapat melaju 1.5 kali lebih cepat dalam melintasi ladang dan jalanan rusak dibanding dengan kendaraan yang serupa dalam bobot, tenaga dan besar ban yang sama namun menggunakan sistim suspensi konvensional (Pegas daun dan Rigid Axel).

Rongga dibawah truk sangat leluasa dan tinggi berkat penggunaan sistim suspensi bebas, berbeda dengan truk yang menggunakan sistim suspensi konvensional dimana gandarnya menonjol keluar dibawah kendaraan, mengurangi keleluasaan bergerak di luar jalan atau dijalan yang rusak karena rawan terhadap benturan dengan batu-batu atau benda-benda besar yang merintangi jalan.

Bak pengangkut barang dilengkapi dengan bangku duduk yang terbuat dari pilihan besi atau kayu keras sebagai tempat duduk pasukan beserta perlengkapannya. Bagian atas bak barang dilengkapi dengan kerangka besi kokoh dan tertutup terpal untuk melindungi penumpang dari hujan dan teriik matahari.

Sistim Suspensi Bebas buatan Pacific Technology IAD.

Sistim suspensi bebas buatan Pacific Technology IAD ini sudah lama dikenal di dunia dan dianggap unggul. Konfigurasi yang terencana dan sangat maju telah banyak meredam getaran dan goncangan yang ditimbulkan oleh jalanan, menciptakan tidak hanya stabilitas kendaraan, tetapi juga kenyamanan pengendaranya.

Sasis sengaja dibuat sekaku mungkin guna menghilangkan puntiran pada sasis, dan dikombinasikan dengan tingginya kelenturan suspensi yang bergerak masing-masing secara terpisah maka Maesa berhasil menciptakan performa kendaraan yang sangat baik dalam menjelajahi medan jalan yang sangat buruk.

Standard kelenturan suspensi, adalah kemampuan suspensi untuk bergerak keatas dan kebawah. Sistim suspensi bebas buatan Pacific Technology memiliki standard kelenturan sebesar 250mm.



Namun Maesa telah dilengkapi dengan sistim suspensi berstandard 300mm, dan sebagai akibatnya, kendaraan jadi lebih mampu meredam semua kejutan-kejutan yang dilemparkan jalanan sambil kendaraan tetap dapat mempertahankan kontak dengan jalanan secara optimal dan tetap stabil, walaupun disaat kendaraan harus melakukan manuver yang berat.

Kendaraan bersuspensi bebas ini memiliki keunggulan dalam traksi dan kecepatan dibanding dengan kendaraan bersuspensi konvensional.

Kesimpulannya sistim suspensi bebas pada Maesa 4X4 membuat penapakan roda kejalan menjadi lebih rekat, meningkatkan traksi terutama disaat-saat kondisi rawan dan licin. Stabilitas kendaraan sangat baik dan pengemudi dapat dengan mudah membaca situasi jalanan karena sifat kendaraan yang mudah diprediksi.

Banyak kecelakaan terjadi dengan truk yang menggunakan sistim suspensi konvensional, karena plintiran sasis membuat pengemudi kurang cepat menyadari bahwa bagian belakang truk berada pada posisi kritikal, dan telat melakukan tindakan koreksi ketika menyadarinya. Dengan sistim suspensi bebas dan chassis kaku, plintiran sasis yang berbahaya
bagi keamanan kendaraan berhasil dihilangkan.

Stabilitas Maesa sangat tinggi dalam kelasnya karena pusat gravitasi yang rendah dan jarak kaki yang cukup lebar. Penggunaan Independent suspension axel membuat rongga bawah kendaraan menjadi lebih datar, mengurangi coefficient drag sebesar 10% dibanding truk dengan suspensi dan axel konvensional. Datarnya dasar kendaraan juga membantu mengurangi turbulent angin yang dapat mengganggu stabilitas kendaraan pada kecepatan tinggi.

Kekakuan sasis dan body yang sangat tinggi telah pula membantu mengurangi getaran mesin di dalam kabin. Tingkat kekakuan sasis yang terbuat dari bahan baja berdaya tahan tinggi - dipadu desain dari frame yang kokoh pada suspensi dan axel, memberikan kekuatan sekaligus performa lincah.

Stabil, responsif dan ringkas adalah tujuan arsitektur suspensi Maesa PT44.

Suspensi depan Double wishbone double coil over shock di andalkan karena responsif, stabil dan terbukti berhasil mengurangi getaran mesin serta jalanan secara efektif. Suspensi belakang terbuat dari bahan dan sistim yang sama, memungkinkan terciptanya ruang kargo belakang dengan lantai yang rata dan lapang serta tumpakan yang nyaman, sangat ideal untuk mengangkut pasukan, dan barangs-barang yang tidak tahan banting, seperti mesiu, peralatan laboratorium dan electronics. @alutsista

Super Tucano Akan Menempati Skuadron-21 Malang



MALANG - Sebanyak 16 pesawat latih serang tempur Super Tucano A-29 buatan Brasil segera menggantikan pesawat tempur OV-10F Bronco buatan Amerika Serikat yang sudah di-grounded.

Komandan Pangkalan Udara (Lanud) TNI-AU Abdul Rahman Saleh Malang, Marsekal Pertama Dwi Putranto menjawab pertanyaan Media Indonesia, Senin (25/10) malam mengatakan pesawat Super Tucano tersebut akan melengkapi alutsista TNI-AU di Skuadron 21 yang sebelumnya diisi OV-10F Bronco.

Sejauh ini persiapan sudah dilakukan. Tim dari negara asal produsen pesawat Super Tucano dalam waktu dekat segera datang ke Lanud Abdul Rahman Saleh guna melihat fasilitas yang ada.

Fasilitas yang akan dilihat itu di antaranya menyempurnakan hanggar dan parkir pesawat di Skuadron 21, serta menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan. "Diharapkan pada 2011 sudah ada pembangunan fasilitas untuk 16 pesawat," tegasnya.

Ia menjelaskan pesawat Super Tocano memiliki kelebihan misi operasi taktis dalam membantu pasukan di darat atau memiliki keunggulan close air support udara ke darat dari jarak dekat.

Setelah fasilitas disiapkan, maka langkah selanjutnya menyiapkan sumber daya manusia, termasuk pilot. Pilot-pilot yang akan menerbangkan Super Tocano sebelumnya dilatih di negara produsen yakni Brasil.

Sejauh ini pilot OV-10F untuk sementara waktu selama grounded dibagi ke kesatuan. "Setelah Super Tocano datang, mereka akan ditarik kembali," tukasnya.

Sumber : MEDIA_INDONESIA.COM

Renstra 2011 Kembali di Rombak Untuk Menyusun Skala Prioritas

JAKARTA - Pembahasan alutsista antara Komisi I DPR RI dan Kementerian Pertahanan serta TNI yang dilaksanakan di Jakarta, Senin (25/10), masih berlanjut. Persoalannya adalah penentuan prioritas pembelian alutsista per matra akibat kekurangan anggaran hingga Rp9 triliun.

Hal ini disampaikan oleh Anggota Komisi I DPR RI dari FPD Yahya Sacawiria di Jakarta, Senin (25/10). "Rinciannya apa saja, itu yang nanti ada pembahasan mendetail saat reses bisa minta izin untuk kerja panja alutsista," kata Yahya.

Ia menyatakan anggaran alutsista yang disepakati untuk APBN TA 2011 sebesar Rp2 triliun. Jumlah itu jauh dari kebutuhan anggaran alutsista yang diminta TNI. Akibat kekurangan itu, sejumlah rencana yang disusun dalam renstra 2011 kembali mengalami penyusunan prioritas.

Infrastruktur Pesawat Intai Sedang Disiapkan

Sementara di hari yang sama di Komando Operasi Angkatan Udara I, Jakarta, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat menyatakan bahwa TNI AU tengah mempersiapkan infrastruktur bagi skuadron pesawat intai tanpa awak di Pangkalan Udara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat.

"Kami percepat pembangunannya seperti hanggar dan segala perlengkapan yang menyertainya, seperti peralatan intai, intelijen dan lainnya" ungkapnya.

TNI segera membangun skuadron pesawat intai untuk pengamatan dan pengintaian seluruh wilayah RI, terutama di perbatasan darat, laut maupun udara. "Rencana awal bakal ada empat pesawat intai tanpa awak yang akan tiba pada medio 2011, dari total satu skuadron (12-16 unit) yang direncanakan," ungkap Imam.


UAV Heron buatan IAI Israel milik Australia

Ia mengemukakan, skuadron pesawat intai tanpa awak meski akan bermarkas di Pangkalan Udara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, namun pengoperasiannya di bawah Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) Mabes TNI.

Soal jumlah personel dan teknisi yang dipersiapkan, KSAU mengatakan, "Hal itu, terkait organisasi, dan karena kita belum memiliki skuadron pesawat intai tanpa awak sebelumnya maka kita tengah mempelajari susunan dan bentuk organisasinya".

Imam mengemukakan, pihaknya tengah menjajaki bentuk dan susunan organisasi skuadron pesawat intai tanpa awak dari Australia dan Singapura. "Kita pelajari bentuk dan susunan organisasinya sambil mempersiapkan yang lain, karena kita kan belum pernah memiliki skuadron pesawat intai tanpa awak," paparnya.

Sebelumnya, Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Muda TNI Ery Biatmoko mengemukakan, personel yang mengoperasionalkan tidak banyak, sekitar dua orang untuk memantau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, terutama di perbatasan darat, laut dan udara.

Pesawat intai tanpa awak itu, dapat dioperasikan lima sampai enam jam per hari."Sehingga, semisal, kita ingin memantau wilayah tengah Indonesia, kita bisa terbangkan hingga Tarakan, kembali lagi ke Pontianak. Begitu untuk ke wilayah lainya di Indonesia," tuturnya tanpa menjelaskan jenis pesawat intai yang bakal dibelinya.

Sumber : MEDIA_INDONESIA.COM/ METROTVNEWS.COM