Rabu, 13 April 2011

KSAU : T-50 Mulai Datang Pada Tahun 2012



KAI T-50 Golden Eagle

JAKARTA - TNI Angkatan Udara akan merealisasi pembelian satu skuadron pesawat T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan pada tahun 2012. Pengadaan pesawat latih tempur itu untuk meningkatkan kemampuan penerbang tempur TNI AU.

"Seluruhnya 16 pesawat," ujar Kepala Staf TNI-AU Marsekal Imam Sufaat, usai acara Hari Ulang Tahun TNI AU ke 65 Tahun di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Sabtu (9/4). Imam menambahkan, pengadaan pesawat ini merupakan kebijakan jangka panjang untuk memenuhi kekuatan dasar minimum (minimum essential force) yang direncanakan tercapai pada 2024.

"Kebijakan dari Presiden untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan alutsista khususnya untuk pesawat-pesawat yang berusia diatas 30 tahun," ujarnya. Kebijakan ini diambil karena TNI-AU selama ini kesulitan memenuhi kebutuhan suku cadang pesawat yang dimiliki TNI AU, yang sebagian sudah uzur.

T-50 Golden Eagle diperuntukkan untuk menggantikan pesawat latih Hawk MK-53 buatan Inggris yang segera dipensiunkan. Selain T-50, TNI-AU juga berencana membeli pesawat EMB-314 Super Tucano untuk menggantikan OV-10 Bronco.

Menurut Imam, pengadaan pesawat tersebut sudah masuk dalam anggaran Kementerian Pertahanan. "Proses pengadaan T-50 sudah ditetapkan oleh Dephan. Proses pengadaan sudah dimulai," tuturnya.

Untuk membeli satu skuadron T-50, pemerintah harus menyiapkan biaya US$ 400 juta. Pesawat rencananya akan mulai dikirim ke Indonesia pada 2012 mendatang. "Normalnya sebenarnya 18 bulan, tapi kami minta perusahaannya untuk mempercepat," ujarnya.

Imam menambahkan, pesawat T-50 cocok untuk latihan pilot pesawat Sukhoi dan memiliki kemampuan mirip F-16. "Jadi sebelum mereka ke Sukhoi, mereka kita latih pakai ini dulu," ujarnya. "Karena kalau latihan pakai Sukhoi cost operasionalnya cukup besar." Selain untuk latihan, pesawat ini bisa digunakan untuk operasi penyerangan ringan.

Sumber : TEMPOINTERAKTIF.COM

Penggantian Pesawat Hawk MK-53 Dipercepat




JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara sedang mempercepat penggantian alat utama sistem persenjataan (alutsista), terutama yang berusia 30 tahun atau lebih. Salah satunya adalah dengan mendatangkan pesawat Golden Eagle T-50 buatan Korea Selatan sebagai pengganti pesawat Hawk MK-53 dari Inggris.

Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Imam Sufaat di Jakarta, Sabtu (9/4), mengutarakan, penggantian alutsista itu sudah sesuai dengan instruksi Presiden dan persetujuan DPR. Program ini penting untuk memperkuat sistem pertahanan keamanan negara Indonesia.

”Pembelian T-50 sudah ditetapkan Kementerian Pertahanan. Ada satu skuadron atau 16 pesawat T-50 yang akan didatangkan. Diharapkan tahun 2012 sudah tiba,” katanya seusai upacara peringatan Hari Jadi Ke-65 TNI AU di Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Menurut Imam, pesawat T-50 memiliki kemiripan dengan pesawat F-16. Pesawat itu akan dimanfaatkan untuk latihan bagi penerbang. Pelatihan lebih efektif karena biaya operasionalnya lebih murah. Setelah itu, penerbang bisa menggunakan Sukhoi yang lebih mahal biaya operasionalnya.

”Harga totalnya 400 juta dollar (Amerika Serikat) untuk satu skuadron. Itu termasuk pelatihan dan suku cadang,” katanya.

Dalam sambutan pada upacara HUT TNI AU, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menegaskan pentingnya memodernisasi alutsista, termasuk untuk TNI AU. Kemajuan industri dan teknologi kedirgantaraan saat ini begitu cepat dan pemanfaatan dirgantara juga kian strategis. Dengan begitu, wilayah udara jadi makin vital sebagai bagian dari kepentingan nasional.

”Betapa vital dan strategisnya peran dan tanggung jawab Angkatan Udara. Apalagi, bila dikaitkan dengan luas wilayah Indonesia,” katanya.

Agus mengatakan, pemerintah akan terus meningkatkan pembangunan TNI AU agar semakin andal, kuat, dan efektif dalam mengawal kedaulatan udara nasional. Ia juga mengingatkan pentingnya memerhatikan pelanggaran hukum terhadap kedaulatan wilayah udara.

Upacara HUT TNI AU hari Sabtu berlangsung meriah sekitar pukul 08.00-11.00. Selain dihadiri anggota TNI AU, Lanud Halim Perdanakusuma juga dipenuhi ratusan pengunjung, sebagian keluarga anggota TNI AU yang berdatangan sejak pagi. Mereka berhamburan ke tengah lapangan ketika digelar pertunjukan udara.

Puluhan pesawat pun unjuk kebolehan dengan berbagai atraksi. Jupiter Aerobatic Team dengan pesawat KT 1B, misalnya, mempertontonkan 17 jenis manuver. Thunder Aerobatic Team dengan tiga pesawat Sukhoi juga beraksi dengan manuver lain.

Pesawat itu berseliweran dengan suara gemuruh di atas lapangan. Mereka meluncur cepat, menukik, meliuk, berputar, berpencaran, dan melaju beriringan, atau terbang dengan terbalik. Semuanya berjalan dengan cepat, mendebarkan, dan disertai tepuk tangan penonton.

Imam menjelaskan, aerobatik pesawat itu gambaran dari profesionalisme penerbang. Kesuksesan menjalankan berbagai manuver sulit itu mencerminkan keterampilan, kepercayaan, disiplin, dan kerja sama.

Sumber : KOMPAS

Menhan : Indonesia Positif Beli Satu Skuadron Pesawat T-50




JAKARTA - Pemerintah Indonesia positif membeli pesawat jet latih T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan sebanyak satu skuadron untuk menggantikan jet latih Hawk Mk-53 TNI AU yang sudah usang.

"Jumlahnya, jika disesuaikan dengan batas anggaran adalah satu skuadron," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada pers di Istana Wakil Presiden Jakarta, Rabu (13/4).

Hal tersebut disampaikan usai dirinya mengikuti rapat Keketuaan Indonesia dalam Forum ASEAN di Kantor Wapres yang dipimpin oleh Wakil Presiden Boediono dan diikuti antara lain Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Kesra Agung Laksono, Menlu Marty Natalegawa, Menkeu Agus Martowardojo, Mendag Mari Elka Pangestu, Menkominfo Tifatul Sembiring, serta Menbudpar Jero Wacik.

Dikatakan Purnomo, sampai saat ini kontrak pembelian pesawat T-50 belum ditandatangani, namun proses penawaran telah dilakukan sejak tahun 2010. "Kontraknya belum dibuat. Tetapi memang itu salah satu pertimbangan kita untuk memperkuat skuadron latih kita," kata Purnomo.

Sebelumnya Presiden Korea Aerospace Industries (KAI) Kim Hong Kyun mengumumkan bahwa dirinya telah mendapatkan status persetujuan dari Menteri Pertahanan Indonesia sekalipun negosiasi harga dan rincian pembelian masih berjalan.

Pesawat T-50 juga diharapkan bisa dipakai untuk serangan udara ringan, selain untuk latihan. Korsel juga berencana membuat versi tempur pesawat ini dengan nama FA-50.

Rencana pembelian pesawat ini sebelumnya sempat tercoreng aksi agen rahasia Korsel (INS) yang berbuntut pada pemecatan kepala inteligennya, Maret lalu. Meski demikian, hal ini tidak mempengaruhi kerja sama pertahanan antara Korsel dan Indonesia. Pada 2008 lalu, Korsel juga membeli 4 pesawat patroli maritim dari Indonesia senilai US$ 90 juta atau Rp 774 miliar.

Sumber : ANTARA

Menhan : Industri Pertahanan di Asean Perlu Spesialisasi



Menteri Pertahanan Asean, US Defence Secretary Robert Gates dan Presiden Vietnam Nguyen Minh Triet di ASEAN meeting di Vietnam

JAKARTA - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, untuk menjadikan kawasan ASEAN sebagai wilayah yang memiliki posisi tawar kuat dalam percaturan global, khususnya di bidang pertahanan dan keamanan, menuntut keberadaan industri pertahanan yang terspesialisasi di antara negara anggotanya.

Demikian disampaikan menteri pertahanan, di Jakarta, Senin (11/4), saat menerima panitia penyelenggara seminar mengenai industri pertahanan yang terdiri dari pimpinan redaksi Kantor Berita ANTARA dan harian sore Sinar Harapan.

Panitia yang hadir Wakil Pemimpin Umum Sinar Harapan Daud Sinjal, Pemimpin Redaksi Kantor Berita ANTARA Saiful Hadi, Pemimpin Redaksi Sinar Harapan Kris Kaban, wartawan senior Kristanto dan Benny S Butarbutar.

"Tujuan pembentukan masyarakat ASEAN tahun 2015 yang memiliki kapasitas ekonomi yang kuat tidak akan pernah tercapai jika persyaratan mutlak akan suatu kemandirian ekonomi kawasan, yaitu situasi keamanan yang kondusif tidak tercapai," katanya.

Untuk itu, kata Purnomo, seluruh potensi kekuatan masing-masing negara perlu diteliti dengan benar, termasuk industri pertahanannya agar sinergi yang dibutuhkan bisa benar-benar direalisasikan. Masing-masing negara sudah saatnya memiliki keunggulan khusus dalam industri pertahanan seperti yang dimiliki Uni Eropa.

Sinergi Industri Pertahanan Asia

"Pembangunan industri pertahanan di negara-negara anggota ASEAN bisa dengan cepat terwujud jika masing-masing negara berbenah dan bisa fokus pada kekuatan yang paling unggul dan paling dominan yang dimiliki satu negara. Setelah itu akan muncul peta kekuatan pertahanan ASEAN," kata mantan menteri energi dan sumber daya manusia tersebut.

Dengan mensinergikan kekuatan dari masing-masing industri pertahanannya, maka kawasan ASEAN akan lebih cepat dalam mewujudkan kekuatan keamanan kawasan yang secara otomatis menjadi pilar penopang pertumbuhan kawasan baik sekaligus meningkatkan posisi daya saingnya di regional maupun global.

"Seminar industri pertahanan merupakan salah satu cara, mengingat kemajuan suatu kawasan mutlak memerlukan kerja sama keamanan guna menopang kekuatan ekonomi ASEAN. Kesadaran akan potensi besar yang dimiliki ASEAN perlu diketahui secara luas sehingga menggugah kesadaran publik," ungkap Pemimpin Umum Sinar Harapan, Daud Sinjal.

Masyarakat ASEAN 2015 merupakan implementasi dari piagam ASEAN yang bertujuan masing-masing negara anggota ASEAN akan lebih kuat kapasitas ekonominya dalam menghadapi dinamikan globalisasi. Tentu saja masing-masing negara perlu bekerja sama meningkatkan daya saing, kapasitas dan kekuatannya untuk bisa menghasilkan manfaat yang dapat dirasakan rakyat ASEAN.

Seminar diharapkan berlangsung pada bulan Mei bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional dan juga pertemuan para menteri pertahanan ASEAN di Jakarta.

Sumber : ANTARA

Danjen Kopassus : "Kami Siap Berangkat ke Somalia"


JAKARTA - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) siap membebaskan sandera Kapal kargo Sinar Kudus yang dibajak perompak Somalia di perairan Laut Arab. ”Setiap saat kami siap di kirim ke Somalia. Kapan saja Panglima perintahkan, pasti kami dukung,” tandas Danjen Kopassus, Mayor Jenderal TNI Lodewijk F. Paulus di Mako Kopassus, Senin (11/4).

Lodewijk menegaskan sudah menjadi tugasnya memastikan pasukan Kopassus menjalankan tugas. Kapan saja dan di manapun termasuk misi pembebasan ABK Sinar Kudus yang disandera perompak Somalia.”Kemungkinan ditugaskan bersama satuan lain, bisa saja. Sebelum ini kami sudah latihan Tri Matra (gabungan TNI AD, AL dan AU),” ujar Lodewijk.

Kapal kargo Sinar Kudus dibajak perompak Somalia di Perairan Laut Arab, sejak 16 Maret 2011. Kapal diawaki 31 orang ABK, 20 di antaranya WNI itu sedang dalam perjalanan membawa biji nikel dari Pomalaa, Sulawesi Tenggara, menuju ke Rotterdam, Belanda. Perompak meminta tebusan Rp.77 miliar. Pemerintah Indonesia sudah “berkoordinasi” dengan organisasi penanganan perompak di wilayah perairan tersebut.

Sumber : POSKOTA.CO.ID

Warga Tolak Rencana Uji Coba Senjata Artileri TNI



Meriam Howitzer 155mm/52, FH-2000 (Field Howitzer 2000)

SEMARANG - Warga Desa Setrojenar, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menolak rencana uji coba persenjataan baru milik jajaran Kodam IV/Diponegoro karena khawatir lahan yang telah ditanami berbagai tanaman pertanian tersebut menjadi rusak.

Kepala Penerangan Kodam IV/Diponegoro Letnan Kolonel Infanteri Zaenal yang dihubungi melalui telepon, dari Semarang, Senin (11/4) malam, mengatakan pertemuan antara pihak terkait dengan para warga yang berlangsung di Pendopo Kabupaten Kebumen masih berlangsung.

"Pertemuan dengan puluhan warga setempat dihadiri Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Langgeng Sulistyono, Kapolda Jateng Irjen Pol Edward Aritonang dan difasilitasi Bupati Kebumen Buyar Winarso masih berlangsung hingga tengah malam," ujarnya.

Ia mengatakan, pertemuan sejumlah pihak terkait para warga tersebut untuk mencari titik temu dalam permasalahan tersebut dan menghindari tindakan anarkis yang kemungkinan dilakukan pihak-pihak tertentu.

Menurut dia, rencana uji coba persenjataan baru jenis artileri medan jarak jauh di kawasan yang dikenal dengan nama Urut Sewu ini direncanakan hanya berlangsung Senin/selasa (12/4).

"Senjata berat yang akan diuji coba tersebut biasa digunakan untuk pertempuran jarak jauh," ujarnya. Ia mengungkapkan, lokasi uji coba senjata sebenarnya milik Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat dan telah digunakan sejak tahun 1949.

"Lokasi tersebut digunakan oleh masyarakat setempat untuk bercocok tanam dan TNI AD tidak melakukan pelarangan terkait hal tersebut," katanya. Terkait dengan hasil pertemuan, Zaenal berjanji akan memberitahu lebih lanjut.

Sumber : ANTARA