Selasa, 25 Januari 2011

Menhan Serah Terimakan 3 Heli Mi-35P ke TNI AD





Foto-foto : DETIK, ANTARA

CIPUTAT - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyerahkan 3 helikopter jenis MI-35P kepada TNI Angkatan Darat di Lapangan Terbang Pusnerbad, Pondok Cabe, Ciputat, Rabu (20/10).

Purnomo dan Dubes Rusia untuk RI, Alexander A Vivanov juga menandatangani berita acara serah terima dan secara simbolis menyiramkan air mawar dan memecahkan kendi ke heli. Acara serah terima ini juga dihadiri Wakil KSAD Letjen Suryo Prabowo, dan sejumlah anggota DPR.

Dikatakan dia, 3 heli ini dibeli setelah adanya tanda tangan antara pemerintah Indonesia dengan Rusia dengan menggunakan fasilitas state credit pemerintahan Rusia sebesar US$ 56.100.000 atau setara dengan Rp 64.515.000.000. Harga itu termasuk pencakupan persenjataan dan amunisi serta pelatihan bagi para calon awak pesawat.

Menurut dia, pesawat buatan Rusia ini akan menambah kekuatan TNI AD. Saat ini, TNI AD sudah mempunyai 11 helikopter generasi baru yang cukup handal. Dengan perincian, 5 buah helikopter MI-35P, 6 buah MI- 17V-5.

Sumber : DETIKNEWS.COM

Armed Kostrad Perbarui Alutsita



105mm Towed Howitzer KH-178

MAGELANG - Alutsita artileri medan (Armed) Komando Cadangan Strategis Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Kostrad) akan diperbarui menjadi lebih canggih.

Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan Armed TNI AD, Brigjen TNI A. Agung Gde Suardhana, di Magelang, Kamis (16/12), mengatakan bahwa langkah tersebut dilakukan untuk mengikuti perkembangan teknologi yang sangat cepat.

Ia mengatakan, diharapkan regenerasi alutsita ini akan membantu Armed dalam menjawab tantangan zaman yang lebih kompleks dan berat.

Menurut dia, meriam 76 mm yang telah lama digunakan Armed akan diganti meriam 105 mm KH 178 buatan Korea Selatan yang lebih mutakhir. Pasukan Armed juga akan mendapat tambahan senjata baru, yakni roket WR 40 Langusta buatan Polandia.

"Penambahan dan regenerasi beberapa alutsita ini harus dijadikan tantangan untuk terus maju. Jangan dianggap sebagai kendala," katanya pada pengarahan kepada 350 prajurit Armed 3/105 Tarik Magelang di Mako Armed 3.

Ia berharap, seluruh prajurit TNI AD khususnya di Armed 3 agar cepat belajar dan terus belajar, agar tidak ketinggalan dalam penguasaan teknologi. Apalagi perkembangan iptek sekarang sangat cepat dan terus berubah.

Menurut dia, akan dibentuk tiga divisi baru yakni divisi lintas udara (linud), raider (serang), dan divisi mekanis (mesin). Ketiga divisi tersebut untuk menggantikan Divisi Malang dan Jawa Barat.

Ia mengatakan, penambahan divisi ini untuk mendukung pembinaan kesatuan agar lebih baik. "Jangan sampai prajurit Armed ketinggalan zaman dan teknologi," katanya menambahkan.

Sumber : ANTARA

Penerbad Akan Dapat Tambahan 6 Helikopter Mi-17 Pada Tahun 2011

SEMARANG – Skadron 31/Serbu Pusat Penerbangan Angkatan Darat yang bermarkas di kompleks Lanumad Ahmad Yani Semarang akan mendapatkan tambahan enam helikopter jenis MI-17.

Diharapakan dengan tambahan alutsista tersebut mampu meningkatkan kemampuan Skadron 31/Serbu sebagai satuan tempur udara TNI Angkatan Darat. “Rancananya, awal tahun depan tambahan helikopter ini akan diberikan,” kata Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Dan Puspenerbad) Brigjend TNI Nabris Haska di sela-sela serah terima jabatan Komandan Skadron 31 Letkol CPN Suprapto kepada Letkol CPN Wahyu Jatmiko kemarin.

Letkol CPN Wahyu Jatmiko,sebelumnya menjabat Kepala Departemen Pengetahuan Militer Umum (Kadeppengmilum) Pusat Pendidikan Penerbangan Angkatan Darat (Pusdik Penerbad). Sementara Letkol CPN Suprapto akan menempati jabatan barunya sebagai Direktur Operasional Penerbagan (Diropsbang) Puspenerbad. Menurut Nabris Haska, pembinaan personel harus terus dilakukan untuk menjadikan prajurit yang profesional.



“Pergantian jabatan adalah hal yang wajar dalam rangka meningkatkan kinerja individu dan satuan tempat bertugas dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peran dan fungsi,”jelasnya. Nabris mengatakan, Skadron 31/Serbu sebagai satuan pelaksana Puspenerbad memiliki peranan penting dalam menjalankan satuan operasioanl penerbangan angkatan darat yang melaksanakan tugas- tugas penerbangan.

“Untuk itu pembinaan satuan harus mengarah pada kemampuan satuan dan perorangan, sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki agar menjadi prajurit WiraAmur yang profesional di bidang penerbangan,” jelasnya.

Sumber : SEPUTAR_INDONESIA.COM

Indonesia Mampu Buat Kapal Perang LPD


Kapal Perang jenis LPD, KRI Banjarmasin-592

JAKARTA — Cita-cita Pemerintah Indonesia untuk berdaulat dan mandiri dalam pengadaan alutsista semakin terwujud. Pada akhir November lalu putra-putra terbaik bangsa berhasil membuat Kapal Perang RI Banjarmasin-592.

Kandungan lokal pada KRI jenis landing platform deck (LPD) atau berfungsi untuk memobilisasi pergeseran pasukan ini mencapai 40-60 persen. Sementara itu, mesin KRI Banjarmasin-592 didapat dari Amerika Serikat.

"Pelaksanaan pengerjaannya dibuat di galangan kapal PT PAL Indonesia dengan pengawasan tenaga ahli dan peralatan dari Dae Sun Shipbuilding, Korea" kata Kepala Pusat Penerangan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Laksma Iskandar Sitompul.

Dikatakan, kapal yang diserahkan ke jajaran Markas Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) pada 22 Desember 2010 ini merupakan wujud keberhasilan TNI AL untuk melaksanakan transfer teknologi kepada industri strategis nasional.

Kelebihan KRI ini dibandingkan dengan kapal sejenis lainnya adalah daya tampungnya. Jika kapal sejenis yang telah ada sebelumnya hanya dapat menampung 3 helikopter, KRI Banjarmasin-592 ini mampu menampung 5 helikopter.

"Tiga helikopter di deck dan dua helikopter di dalam hanggar," kata Komandan KRI Banjarmasin-592 Kolonel Laut Eko Joko Wiyono.

Kapal ini juga dirancang mengangkut 22 tank, 560 pasukan, dan 126 awak. Kapal ini bisa juga mengangkut kombinasi 20 truk dan 13 tank. Selain berfungsi untuk memobilisasi pasukan, kapal sepanjang 125 meter x 22 meter ini juga dapat digunakan untuk fungsi operasi militer selain perang (OMSP), seperti membawa logistik ke daerah bencana alam.

Ketika membawa logistik, kapal ini pun dapat menjalankan fungsi patroli di kawasan yang dilintasinya. Awak kapal KRI Banjarmasin, kata Iskandar, juga dipersenjatai demi melindungi diri. "Perwira di kapal ini memang dipersiapkan untuk melakukan fungsi patroli," kata Iskandar.


Kapuspen TNI Laksda TNI Iskandar Sitompul (2 kanan) didampingi (dari kiri) Kadispenal Laksma TNI Tri Prasodjo, Kadispenad Brigjen TNI Wiryantoro dan Kadispenau Marsma TNI Bambang Samoedro berbincang di atas KRI Banjarmasin - 592 di perairan Pulau Seribu, Jakarta, Minggu (16/1).

Terkait dengan biaya pembuatan, Iskandar mengatakan, KRI Banjarmasin-592, yang diserahkan PT PAL di Surabaya kepada TNI pada November 2010 silam, menelan dana Rp 360 miliar. Anggaran ini diambil dari APBN multiple years selama lima tahun.

Biaya pembuatan ini memang sedikit lebih mahal dibandingkan dengan pemerintah membeli langsung. Namun, biaya yang lebih mahal tersebut disebabkan lama waktu pembuatan kapal selama tiga tahun. Idealnya, kapal sejenis KRI Banjarmasin, yang dibuat pada 2006-2009, dapat dikerjakan selama dua tahun.

Iskandar mengaku optimistis, ke depan, berbekal pengalaman yang ada, putra-putri bangsa dapat membuat KRI sejenis selama dua tahun sehingga biaya dapat ditekan. TNI berharap, ketika putra-putri terbaik bangsa dapat membuat KRI sejenis KRI Banjarmasin-592 selama dua tahun, akan ada negara-negara yang tertarik memesan kapal perang dari Indonesia.

Saat ini KRI Banda Aceh-593, kapal sejenis KRI Banjarmasin-592, mulai dikerjakan. Diharapkan, kapal tersebut dapat dirampungkan selama dua tahun. "Harapan TNI, ke depan, semoga kapal-kapal yang tidak pure combatant (hanya difungsikan untuk perang) bisa dibuat putra-putra bangsa secara keseluruhan," kata Iskandar.

KRI Banjarmasin-592 selanjutnya akan berada di bawah koordinasi Markas Komando Lintas Laut Militer Tj.Priok, Jakarta.

Sumber : KOMPAS.COM

Proses Sertifikasi Roket D-230 Masih di Kemhan




JAKARTA - Menteri Negara Riset dan Teknologi Suharna Surapranata mengemukakan, sertifikasi prototipe Roket D-230 masih dalam proses di Kementerian Pertahanan dan pihaknya akan terus melakukan pengembangan serta uji coba teknologi kedirgantaraan militer.

Menurut Menteri Negara Riset dan Teknologi Suharna Surapranata saat rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Gedung DPR/MPR Jakarta, Senin (17/1), Roket D-230 merupakan salah satu keberhasilan bekerjasama dengan Kemhan, BUMN, universitas dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK).

Kerja sama itu, antara lain, telah menghasilakan "Dirgantara 20-30 Km" atau yang disebut "Roket D-230". Kedepan, penguasaan teknologi dan industri peroketan khususnya untuk kaliber 122 mm akan dilakukan secara mandiri. "`Blueprint` desain `enginering` roket non kendali darat ke darat, pembuatan prototipe, uji statik dan uji terbang telah dilakukan," katanya.

Menurut menteri, sebanyak 20 Roket D-230 kaliber 122 mm telah berhasil diterbangkan dengan jarak terbang 11-14 km untuk "single stage" dan 18-20 km untuk "double stage".

"Saat ini, prototipe roket-roket tersebut dalam proses sertifikasi oleh Kementerian Pertahanan," katanya.

Informasi yang dihimpun menyebutkan bahwa PT LEN dan LAPAN bekerja sama mengembangkan sistem telemetri Roket Nasional D-230. Sistem telemetri merupakan payload (muatan) berisi modul elektronik yang menggantikan warhead (hulu ledak) roket.

Sistem akan mengirimkan sinyal data - posisi, ketinggian dan jarak terhadap stasiun peluncuran.

Sumber : DEPHAN.GO.ID

Rudal Yakhont Akan di Ujicoba



Rudal Yakhont di atas Fregat Van Speijk class, KRI Oswald Siahaan-354

JAKARTA - Mulai 2011, TNI AL makin percaya diri dengan masuknya rudal anti kapal Yakhont di jajaran persenjataan KRI. Rudal Yakhont, yang dipasang di KRI Oswald Siahaan-354, tidak asing lagi di dunia maritim internasional. Misil antikapal berkecepatan supersonik buatan Rusia ini memiliki daya jelajah hingga 300 kilometer.

Uji coba penembakan Yakhont akan dilakukan tahun ini. "Nanti kita coba. Kini sedang dilakukan persiapan," kata Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana (TNI) Soeparno, di Mabes TNI AL, Cilangkap, Selasa (25/1). Ia tak menyebut tanggal pastinya. Menurut dia (mengumpamakan), rudal ini bisa menembak sasaran di Yogyakarta dari Surabaya.

Rudal ini memiliki kemampuan yang tak dimiliki misil lain, yakni kecepatan maksimum 2,5 Mach. Menurut Wikipedia, Yakhont digunakan tiga negara: Rusia, Vietnam, dan Indonesia. Rusia juga akan menjual Yakhont ke Suriah.

Soeparno mengatakan sasaran ujicoba Yakhnot nanti adalah kapal tua jenis LST buatan Amerika Serikat. Untuk pemusnahan itu, TNI AL mengaku perlu mendapat izin dari AS. "Sasarannya sudah disetujui oleh AS. Jadi, sasarannya adalah satu kapal yang dihapus," katanya.

Asisten Perencanaan KSAL, Laksamana Muda (TNI) Among Margono, mengatakan Yakhont merupakan misil strategis. "Untuk membeli saja melalui tujuh instansi di Rusia dan harus dengan persetujuan Presiden Rusia," katanya.

AS Mengijinkan


Pemerintah Amerika Serikat telah menyetujui pemusnahan enam kapal perang TNI Angkatan Laut buatan Negeri Paman Sam, yang telah berusia diatas 30 tahun. Di sela-sela Rapat Pimpinan TNI Angkatan Laut KSAL mengatakan, pemusnahan enam kapal perang angkut buatan AS itu akan dilakukan di Indonesia.

"Terlalu repot jika harus mengembalikan kapal-kapal itu ke produsennya. Meski mereka (AS-red) sangat berat hati, namun mereka setuju kapal-kapal itu dimusnahkan," ujarnya.

Dengan berseloroh, Soeparno mengemukakan, enam kapal LST itu rata-rata usianya 64-70 tahun. Bahkan militer AS jika bertemu kapal itu akan memberikan hormat sebagai bentuk penghormatan kepada `senior`-nya. Jadi kapal-kapal itu sudah saatnya diganti.

Keenam LST itu, KRI Teluk Langsa-501, KRI Teluk Bayur-502, KRI Teluk Kau-504, KRI Teluk Tomini-508, KRI Teluk Ratai-509, KRI Teluk Saleh-510 eks AL Amerika Serikat buatan tahun 1942-1945. Keenam kapal itu dioperasikan Komando Lintas Laut Militer.


KRI Teluk Tomini-508

Tentang recana penggantian keenam kapal itu, Kasal mengatakan, pihaknya telah memprogramkan pengadaan dari PT PAL.

"Itu kan kapal angkut, jadi kita bisa adakan dari PT PAL. Toh saat ini PT PAL telah berhasil membuat satu kapal LPD yakni KRI Banjarmasin-592, dan tengah mengerjakan kapal kedua, KRI Banda Aceh-593," papar Soeparno.

Kasal menegaskan, dalam Rapat Pimpinan TNI AL 2011 pihaknya akan memantapkan program modernisasi alutsista dalam kerangka mewujudkan kekuatan pokok minimum, secara bertahap 2010-2014 hingga 2024. "Kita akan jalankan itu," ujarnya, menegaskan.

Soeparno mengatakan, dalam mordernisasi alutsista ada tiga langkah yang dilakukan yakni memusnahkan yang sudah tidak layak operasional, dan menggantinya dengan yang baru serta meningkatkan kapasitas dan daya mampu alutsista yang masih laik operasional.

Untuk pengadaan baru, dilakukan dengan memprioritaskan produksi dalam negeri. "Jika belum bisa sepenuhnya diproduksi di dalam negeri, kita lakukan produksi bersama dengan persyaratan alih teknologi," ujarnya.

Sumber : REPUBLIKA.CO.ID

TNI Minta Kepastian Penggantian Dana Operasi Misi PBB


JAKARTA - Militer Indonesia meminta kepastian penggantian dana operasional alat utama sistem senjata yang digunakan dalam misi perdamaian PBB dalam forum konsultasi yang digelar Departemen Operasi Perdamaian PBB (UN DPKO).

Di samping itu termasuk Departemen Dukungan Operasional (Departement Field Support/DFS) Departemen Misi Perdamaian PBB di New York, kata Delegasi TNI yang diketuai Penasihat Militer PTRI Laksamana Pertama TNI Antonius Sugiarto dalam siaran persnya kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu (22/1).

Menurtu dia, ada beberapa hal pokok TNI yang akan disampaikan pada forum konsultasi tiga tahunan itu.

"Beberapa kepentingan TNI yang akan diperjuangkan antara lain upaya peningkatan nilai `reimbursement` (penggantian biaya ops), negosiasi dukungan, peralatan dan `self sustainment` untuk Pasukan Perdamaian Indonesia (Kontingen Garuda)," katanya.

Tak hanya itu, TNI juga akan memperjuangkan masalah "troops cost", serta upaya penyelesaian kendala yang dihadapi pada saat Pre Deployment Visit (PDV) dan saat pengiriman KRI ke Lebanon.

"Akan dibahas pula beberapa isu strategis lainnya terkait pengiriman Kontingen Garuda," tuturnya.

Forum konsultasi bertajuk ?Contingent Own Equipment Working Group (COE WG)? itu merupakan forum komunikasi dan konsultasi antara PBB dengan negara-negara penyumbang Pasukan Perdamaian (Troop Contributing Country/TCC maupun Police Contributing Country/PCC).

Dalam kegiatan itu dibahas isu-isu strategis terkait dukungan peralatan dan "reimbursement" dalam misi-misi Perdamaian PBB.

Topik utama forum konsultasi yang berlangsung hingga Jumat(28/1)menyangkut masalah teknis dan kebijakan PBB tentang mekanisme penyediaan dan "reimbursement" alat peralatan yang dimiliki atau dibawa oleh kontingen pasukan dari negara-negara penyumbang dalam Misi Perdamaian PBB.

Kegiatan diikuti 350 peserta delegasi dari 85 negara donor dan penyumbang Misi Perdamaian PBB.

Hingga sekarang, PBB telah menyelenggarakan 15 misi perdamaian di seluruh dunia dan melibatkan lebih 115 ribu personel, baik militer maupun polisi dan sipil.

Anggaran misi perdamaian PBB yang dialokasikan pada TA 2009/2010 sebesar 7,8 miliar dollar Amerika merupakan yang terbesar sepanjang sejarah misi perdamaian PBB.

Jumlah pasukn TNI yang terlibat dalam pasukan PBB tercatat 1.526 orang yang bertugas di empat wilayah dunia yakni di Eropa, Timur Tengah, Asia dan Afrika.

Sumber : ANTARA

Selasa, 04 Januari 2011

Satu Helikopter Super Puma Perkuat TNI


BOGOR - Dengan rampungnya pengerjaan satu helikopter NAS-332 Super Puma oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI), diharapkan dapat memperkuat alutsista. Helikopter tersebut diserahkan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada Skuadron Udara 8 di Lapangan Udara Atang Sanjaya, Bogor, Jawa Barat, pada Kamis (30/12).

"Super Puma ini diselesaikan oleh putra-putri Indonesia. Ini menunjukkan pendanaan alutsista untuk produksi dalam negeri untuk memperkuat industri pertahanan," tuturnya.

Helikopter Super Puma tidak hanya diperuntukan memenuhi kebutuhan militer. "Heli Super Puma ini transportasi serbaguna. Bisa dipakai mengangkut pasukan, logistik, atau kegiatan lain yang sifatnya operasi militer selain perang," imbuhnya.


Dirjen Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, Laksda Susilo (2 kanan) disaksikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kiri), Danlanud Atang Sanjaja Marsekal Muda Sunaryo (2 kiri), Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat (3 kiri) dan Dirut PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Budi Santoso (kanan) menantangani surat serah terima Helicopter NAS-332 Super Puma di Lanud Atang Sandjaya, Bogor, Jabar, Kamis (30/12).

Super Puma yang dirampungkan saat ini merupakan helikopter ketujuh dari target sembilan unit. "Saat ini empat sudah digunakan untuk kegiatan SAR, dua untuk VVIP. Dua sisanya akan diselesaikan dalam waktu dekat," tuturnya.

Seluruh helikopter ini dikerjakan oleh PT DI. Dari dua yang sedang dalam tahap penyelesaian, satu helikopter ditargetkan rampung pada akhir 2011 dan satu lagi pada pertengahan 2012.

Sumber : MEDIA_INDONESIA.COM

Kemhan Dorong Industri Pertahanan Nasional




RI Bakal Kuat Secara Militer

Indonesia memiliki potensi besar untuk menghasilkan produk bagi pemenuhan kebutuhan pertahanan nasional, terutama pengadaan alat utama system persenjataan (alutsista). Saat ini saja Indonesia sudah mampu membuat senapan laras panjang canggih, panser, kapal patroli dan roket. Dengan dukungan besar dari pemerintah, Indonesia akan mampu membuat pesawat tempur hebat dan kapal perang mutakhir.

Demikian rangkuman pendapat dari Direktur Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia Iwa Garniwa, pengamat dari Universitas Gadjah Mada Ari Sujito dan ahli ekonomi Revrisond Baswir yang dihubungi secara terpisah, Rabu (22/12) dan Kamis (23/12), di Jakarta. Iwa Garniwa mengemukakan, Indonesia berpotensi untuk menghasilkan produk strategis di bidang pertahanan. Penguasaan teknologi untuk menghasilkan produk tersebut cukup baik dikuasai,
tinggal menunggu dukungan pemerintah yang belum optimal hingga kini.

Sejumlah industri yang dipandang strategis antara lain PT Pindad (Persero) dan PT PAL Indonesia (Persero) di Surabaya. PT Pindad adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam penyediaan produk mesin dan produk militer. Sedangkan PT PAL kegiatan utamanya adalah memproduksi kapal perang dan kapal niaga juga memberikan jasa perbaikan dan pemeliharaan kapal. “Tinggal kita lihat branch market-nya kemana dulu, kalau ke Amerika, Jepang atau Cina sepertinya belum sampai ke sana. Tetapi industri strategis seperti Pindad, PT DI (Dirgantara Indonesia) dan PAL di Surabaya bisa berpotensi sebagai industri strategis dalam rangka penyediaan alutsista,” katanya.

Di samping itu Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), tutur Iwa, juga mampu membuat roket. “Hanya masalahnya benchmarknya ke mana. Tinggal bagaimana kemauan Kementerian Pertahanan untuk menghasilkan pertahanan itu,” imbuhnya. LAPAN, menurut dia, terbukti mampu buat roket meski bukan jarak jauh. Kalau ditanya kepada mereka mengapa tidak mampu sebagus dan sehebat India dan Pakistan, jawabannya sederhana, Indonesia menguasai teknologinya dan bisa memproduksinya, tetapi semuanya dibutuhkan dana.

Pindad yang berpotensi untuk membangun teknologi persenjataan, justru dikembangkan ke arah kelistrikan, yakni membangun pembangkit listrik dan motor listrik. Dia menyerukan pemerintah mengorientasikan kebijakan untuk mendukung penguasaan teknologi dengan dukungan pendanaan untuk menghasilkan produk dari industri strategis itu. “Pendanaan memang menjadi masalah klasik,” tukasnya.

Kondisi serupa juga dialami Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dengan pengembangan dan penguasaan teknologi nuklir yang belum diikuti upaya implementasinya. “Sekarang nuklir untuk pembangkit listrik saja belum terlaksana,” imbuhnya.

Penataan Kekuatan

Sementara itu pengamat sosial dari Universitas Gadjah Mada Ari Sujito mengemukakan, penataan kekuatan alutsista dan profesional TNI sebagai instrumen pertahanan negara memang jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Oleh karena itu, pemerintah berencana mengalokasikan anggaran Kementerian Pertahanan sebesar Rp 45,2 triliun dalam RAPBN 2011. Prioritas anggaran sebesar itu masih pada modernisasi dan peningkatan alutsista.


Roket R-Han, hasil Litbang Kemhan dan Pindad

Namun, menurut dia, permasalahan pertahanan di Indonesia bukan hanya terletak pada kekuatan persenjataan dan personil keamanan tapi juga posisi tawar Indonesia di kawasan Asean. Satu contoh kasus yang ada di depan mata, tuturnya, konflik perbatasan negara Indonesia dengan Malaysia harus dijadikan refleksi agar membenahi secara menyeluruh soal kedaulatan. “Indonesia akan dipandang mampu di mata dunia karena hebat secara politik dan ekonomi demokratis dan berdaulat, sehingga negara kecil seperti Malaysia sesungguhnya gampang dilumpuhkan,” katanya.

Dia menilai diplomat RI di luar negeri terlalu lemah dan tidak ulung di kancah internasional. Begitu pula duta besar RI tidak berfungsi efektif. Padahal urusan diplomatic sekarang adalah kemampuan kebijakan yang kuat dalam negeri. Ini akan menjadi daya besar nasionalisme ekonomi untuk memperkokoh kedaulatan politik bangsa, sehingga Indonesia tidak diremehkan. “Perang zaman sekarang adalah perang ekonomi dan politik, yakni soal nasionalisme kita. Bukan soal keberanian angkat senjata, tetapi seberapa mampu ekonomi dan politik kita tidak didikte oleh asing, termasuk Malaysia.

Jalur diplomasi harus tetap punya target yang jelas. Presiden perlu tegas bersikap,” tegas Ari. Ahli ekonomi Revrisond Baswir mengataab, ketertinggalan di bidang alutsita tidak harus membuat Indonesia lemah dalam wawasan nasionalisme. “Persenjataan bukan harga mati untuk mempertahankan bangsa, sebab kekuatan ekonomi rakyat justru yang harusnya menjadi pilar pertahanan bangsa,” tegasnya. Dia tidak setuju jika nilai pertahanan Negara hanya dilihat dari sisi tingginya dana untuk pertahanan dan persenjataan, sementara system perekonomian rakyat diserahkan kepada kapitalis. “Bangsa yang kuat juga harus ditopang dari kekuatan ekonomi rakyatnya. Akan menjadi percuma sebab perang di abad ini bukan perang senjata, tetapi perang ideologis dan ekonomi. Sampai kapanpun bangsa ini masih dijajah, karena pemerintahnya tunduk dengan sistem kapitalis,” ucapnya.

Sedangkan Kepala Bidang Telekomunikasi Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Mashury Wahab mengungkapkan, kemampuan Indonesia di dalam industri pertahanan masih sebatas perakit. Industri strategis yang ada belum sepenuhnya mempunyai kemampuan teknologi kunci. Dia memberi contoh, PT Pindad masih mendatangkan komponen suspensi untuk kendaraan militer yang diproduknya dari luar negeri. “Hal ini menuntut perhatian dari pengguna produk itu. Mereka menuntut yang terbaik dan canggih namun tidak memberikan dukungan dan ruang untuk peningkatan potensi di bidang industri pertahanan,” katanya.

Secara umum, sambungnya, teknologi di industri pertahanan yang baru dikuasai Indonesia masih minim. Radar, misalnya, tidak semua jenis dikuasai. Untuk pembuatan roket, teknologinya pun masih diimpor. Penelitian dan pengembangan Kementerian Pertahanan pun belum optimal mendapatkan dukungan dari instansinya. “Pendanaan bagi mereka tidaklah diprioritaskan, dana dialokasikan paling akhir,” tuturnya seraya menambahkan, kemampuan Indonesia menghasilkan produk militer akan meningkatkan pertahanan nasional terhadap berbagai ancaman.

Sumber : SUARA PEMBARUAN

LHD Mistral, Kapal Serang Amfibi Terbaru Rusia Dari Perancis




Akhirnya Pemerintah Rusia memutuskan membeli dua kapal induk helikopter (Landing Helicopter Dock/LHD)buatan Perancis untuk memperkuat kemampuan Angkatan Laut-nya. Ini adalah transaksi terbesar dan kali pertama Moskwa membeli alutsista taktis dari negara anggota NATO.

Dalam pernyataan yang dirilis Jumat (24/12) lalu, Kremlin menyatakan akan membeli dua kapal perang kelas Mistral dari Perancis dengan harga 400-500 juta euro (Rp 4,7-5,9 triliun) per-unit. Meskipun kuat dugaan Rusia sebenarnya membeli total empat unit kapal ini, dengan perjanjian dua unit pertama dibuat di Perancis dan dua unit selanjutnya dibuat di galangan kapal Rusia.

Dalam pernyataan resmi untuk menyambut baik keputusan Rusia ini, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy mengatakan, pembuatan dua kapal tersebut akan dikerjakan konsorsium beranggotakan dua perusahaan Perancis, DCNS dan STX, bekerjasama dengan perusahaan galangan kapal OSK dari Rusia. ”Konsorsium ini adalah langkah pertama pembuatan bersama kapal tipe ini, yang akan dilanjutkan dengan pembuatan dua unit tambahan,” demikian bunyi pernyataan Sarkozy.

Bahkan saat kunjungan kenegaraan ke Rusia Oktober 2010 lalu, Sarkozy juga menyatakan, pembuatan kapal pesanan Rusia ini akan memberikan lapangan pekerjaan bagi 1.000 warga Perancis selama empat tahun. Langkah Perancis menjual teknologi militer kepada Rusia ini sempat diprotes negara-negara tetangga Rusia dan Amerika Serikat sebagai anggota NATO.

Dalam sebuah bocoran kawat diplomatik rahasia AS di WikiLeaks, terungkap kekhawatiran Menteri Pertahanan AS Robert Gates, yang menyebut penjualan kapal perang Perancis ke Rusia itu bisa menimbulkan salah paham di kalangan negara-negara sekutu AS di kawasan Eropa Tengah dan Timur.

Sebaliknya, Menteri Pertahanan Perancis Herve Morin mengatakan, negara-negara Barat harus menaruh kepercayaan lebih besar pada Rusia. ”(Penjualan) kapal ini tak akan berpengaruh banyak terhadap kemampuan Rusia karena kemampuan produksi persenjataan AL Rusia sudah sangat ketinggalan,” tutur Morin.


LHD FS Mistral

Kapal kelas Mistral dirancang untuk melakukan misi serangan amfibi, kapal komando, dan pengarah serangan, kapal jenis ini lebih dikenal sebagai kapal induk helikopter karena mampu mengangkut 16 helikopter atau pesawat tempur berkemampuan VTOL beserta empat kapal pendarat pasukan, 40 tank MBT, dan 450 prajurit.

Kepincut Mistral

Setahun lalu, tepatnya Minggu 22 November 2009, menjadi hari paling bersejarah dan membanggakan buat industri pertahanan Perancis. Bagaimana tidak, hari itu untuk pertama kalinya kapal perang amfibi terbaru Perancis dari kelas Mistral berlabuh di pelabuhan St Petersburg, Moskow. Lawatan AL Perancis ini bukan sekedar kunjungan biasa, namun lebih dimaksudkan untuk mem-preview performa dan kapabilitas kapal kepada calon pembeli potensialnya, Rusia.

Selama kunjungan tersebut (22-27 November), tanpa sungkan pejabat AL memberikan kesempatan beberapa helikopter AL Rusia untuk berlatih pendaratan diatas kapal FS Mistral. Latihan lepas landas heli Rusia ini di dampingi oleh beberapa perwira kapal, helikopter Rusia seperti heli anti kapal selam Kamov Ka-27/29 “Helix” dan heli serang Ka-52 “Alligator sukses lepas landas dari atas dek kapal. Heli-heli ini juga melakukan simulasi pengisian bahan bakar dan perawatan di hanggar helikopter.

Sebelumnya pada Agustus 2009 lalu, beberapa media Rusia melansir berita yang menyatakan Moskow akhirnya menyetujui pembelian satu kapal perang amfibi jenis Landing Helicopter Dock (LHD) dari Perancis hingga senilai US$750 juta (7,5 trilyun Rupiah).

Berita ini dikutip dari pernyataan Kepala Staf Umum Rusia, Jenderal Nikolai Makarov, yang mengatakan bahwa: "Kita sedang bernegosiasi dengan Perancis untuk pembelian satu kapal Mistral saat ini, dan berencana untuk melisensi 3-4 kapal yang sama untuk dibangun di Rusia”.


Helikopter serang Rusia, Ka-52 "Alligator" berlatih pendaratan diatas deck FS Mistral

Kepala Staf AL Rusia Laksamana Vladimir Vysotskiy menambahkan, “kapal kelas Mistral ini sangat berguna buat AL Rusia terutama dalam operasi pendaratan amfibi. Kapal ini memungkinkan gugus tempur armada Laut Hitam melakukan misi operasi amfibi hanya dalam waktu 40 menit, tidak seperti sekarang yang memakan waktu hingga 26 jam”.

Mistral pertama kali diluncurkan pada tahun 2006 dan pernah diterjunkan mengevakuasi pengungsi di perang Libanon 2008, kapal ini dibangun di galangan kapal DCNS (Direction des Constructions Navales Services), Perancis.

Kapal induk sekaligus pendarat amfibi ini menjadi yang pertama dibeli Rusia dari negara anggota NATO. Bahkan para pejabat NATO di Brussels, Belgia, enggan berkomentar mengenai kemungkinan pembelian kapal ini. Sebelumnya Rusia juga pernah melakukan pembelian peralatan militer berupa pesawat intai nir awak (UAV) dari Israel.

2011, TNI Fokus Perbaiki Sistem Persenjataan


JAKARTA - Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, TNI pada tahun 2011 akan memusatkan perhatian pada perbaikan sistem persenjataan. Selama ini, modernisasi alutsista hanya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tempur (combat capability).

"Alutsista masih baik, tapi sistem persenjataannya ketinggalan dengan negara lain," kata Agus dalam keterangan pers refleksi akhir tahun TNI di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Jum'at (31/12).

Agus mencontohkan kapal-kapal perang yang didatangkan dari negeri Belanda. Meskipun kondisinya dalam keadaan baik, namun kondisi sistem persenjataannya belum ada. "Tahun 2011 nanti akan kita utamakan persenjataan untuk kapal-kapal tersebut," ungkapnya.

TNI, yang berada di bawah naungan Kementerian Pertahanan, memperoleh jatah anggaran cukup besar. Tahun 2010, dari total anggaran sebesar Rp 42,5 triliun untuk Kemenhan, TNI mendapatkan Rp 19,77 triliun.

Tahun 2011, Kemenhan mendapat alokasi anggaran terbesar ketiga setelah Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Pendidikan Nasional. Kemenhan rencananya akan memperoleh pos anggaran sebesar Rp 47 triliun.

Hibah F-16 Memasuki Tahap Administrasi

Saat ditanyakan mengenai rencana penawaran hibah 24 pesawat tempur F 16 dari Amerika Serikat, Panglima TNI mengatakan saat ini sedang dalam proses usulan ke DPR. "Masih dalam tahapan administrasi. Kalau proses perizinan sudah turun akan dilaksanakan proses upgrading," terangnya.

Jika semuanya selesai maka proses pengiriman F 16 ini akan segera dilakukan ke Indonesia. Mantan Kepala Staf Angkatan Laut ini mengakui jika TNI sangat senang menerima rencana pemberian hibah pesawat tempur dari AS ini. Namun realisasinya sangat tergantung dalam proses politik baik internal pertahanan maupun eksternal.

Sumber : TEMPOINTERAKTIF.COM, TRIBUNNEWS.COM