Sabtu, 04 Juni 2011

Menhan : Penandatanganan MoU Barter CN-235 Dengan T-50 Sudah di Lakukan


JAKARTA - Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan Indonesia dan Korsel sudah menandatangani kesepakatan barter pembelian pesawat latih tempur T-50 milik Korsel dengan CN-235 milik PT Dirgantara Indonesia untuk kepentingan pengadaan alutsista kedua negara.

"Yang menandatangani nota kesepahaman (MoU) saya sendiri. Sedangkan jumlah barter pembeliannya akan dikaji secara teknis," katanya menanggapi bantahan pihak Korsel soal kesepakatan itu di Jakarta, Sabtu (21/5).

Dia menambahkan bahwa rencana kontrak bisnis pesawat dengan pola barter itu telah dibahas di sela-sela pertemuan antar menhan se-Asean di Bali pekan ini.

Menurut dia, tim dari kedua negara akan menindaklanjuti untuk melakukan pembahasan secara teknis atas kapasitas pembelian yang akan dilakukan oleh masing-masing negara.

Sebelumnya, TNI AU menyatakan telah menyepakati pembelian satu skuadron pesawat T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan. Dan rencananya akan mulai dikirim secara bertahap mulai tahun 2012, pembelian in untuk meningkatkan kemampuan para penerbang matra udara.

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan pengadaan pesawat tersebut merupakan salah satu program pengembangan kekuatan TNI Angkatan Udara hingga 2024 berdasarkan kekuatan dasar minimum (minimum essential force).

"Ini merupakan kebijakan dari Presiden guna mempercepat pemenuhan kebutuhan alutsista, khususnya untuk mengganti pesawat-pesawat berusia di atas 30 tahun," ujarnya belum lama ini.

Pesawat latih T-50 rencananya digunakan untuk menggantikan pesawat Hawk MK-53 buatan Inggris. Selain T50, TNI AU juga melakukan pembelian 1 skuadron pesawat serang ringan EMB-314 Super Tucano dari Embraer-Brazil untuk menggantikan pesawat OV-10 Bronco.

Menurut Imam, pengadaan pesawat tersebut sudah masuk dalam anggaran Kementerian Pertahanan. "Proses pengadaan T-50 sudah ditetapkan oleh Kemhan. Proses pengadaan sudah dimulai," tuturnya. Untuk membeli satu skuadron T50, pemerintah harus menyiapkan biaya US$400 juta. Pesawat tersebut rencananya mulai dikirim ke Indonesia pada 2012.

"Normalnya sebenarnya 18 bulan, tapi kami minta perusahaannya untuk mempercepat," kata Imam. Kasau menambahkan bahwa pesawat T50 cocok untuk latihan pilot pesawat Sukhoi dan memiliki kemampuan mirip F-16.

Militer Korea Selatan sebelumnya juga telah membeli CN-235 buatan PT DI untuk kebutuhan patroli, angkut dan surveillance dengan jumlah mencapai belasan unit.

Sumber : BISNIS.COM

RI-China Akan Gelar Latihan Bersama Pilot Sukhoi


JAKARTA - Pertemuan bilateral antara menteri pertahanan Indonesia dan China di sela-sela ASEAN Defence Ministers Meeting menghasilkan beberapa kesepakatan penting. Salah satunya, RI dan China akan menggelar training bersama untuk para pilot jet tempur Sukhoi.

Hal itu terungkap dari pertemuan antara Wakil Presiden Boediono dan Menhan China Liang Guanglie, Jumat (20/5). Dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat itu, Boediono didampingi oleh Menhan RI Purnomo Yusgiantoro.

Deputi Seswapres bidang Politik, Dewi Fortuna Anwar, yang ikut dalam pertemuan itu mengatakan, Menhan RI memaparkan beberapa poin kesepakatan yang saat bertemu dengan Guanglie kepada Wapres. Kesepakatan-kesepakatan itu akan ditindaklanjuti dalam waktu dekat.

"Agenda yang akan ditindaklanjuti antara lain meningkatkan pertukaran perwira kedua negara, termasuk dalam lakukan training bersama untuk pilot pesawat tempur sukhoi," ucap peneliti senior di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu.

RI dan China, lanjutnya, juga akan saling berkunjung ke sekolah militer masing-masing negara untuk bertukar pengalaman. Lalu kedua negara juga akan melakukan coordinated patrol (patroli yang terkoordinasi) untuk keamanan maritim RI-China.

Sementara itu, menurut Dewi, Gunglie menegaskan keinginan China untuk membangun hubungan yang lebih pragmatis dan luas dengan Indonesia, termasuk dalam bidang pertahanan-keamanan. Kesepakatan lain antara RI-China yang disebut Guanglie yakni kunjungan sesama kapal perang dari kedua negara.

Sumber : DETIKNEWS.COM

Pesawat T-50 di Barter CN-235



CN-235 milik Senegal (kiri) dan Korea Coast Guard (kanan)

NUSA DUA - Indonesia dan Korea Selatan mematangkan rencana pertukaran atau barter pesawat latih militer buatan Korea Aerospace Industries, yakni T-50 Golden Eagle, dengan CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia. Pertukaran dinilai sebagai mekanisme perdagangan yang adil karena Korea Selatan dan Indonesia sama-sama tidak dirugikan.

"Saat ini sudah ada 10 unit CN-235 yang dipakai di seluruh Korea Selatan, sebagai pesawat militer, surveillance, serta penanganan bencana atau kedaruratan. Pada saat yang sama Korea Selatan juga menjual T-50 sehingga kalau dipertukarkan, akan menjadi kerjasama yang saling mendukung," tutur Staf Khusus Menteri Koordinator Perekonomian Amir Sambodo di Nusa Dua, Bali, Kamis (19/5), di sela-sela pertemuan Tujuh Kelompok Kerja Kerjasama Ekonomi Korea Selatan-Indonesia.

Menurut Amir, dalam pertukaran tersebut, pada tahap awal dapat diperjual belikan 2-4 unit tambahan CN-235. Meski demikian Amir tidak bersedia menyebutkan jumlah T-50 yang dapat dipertukarkan. "Harga jual CN-235 dengan spesifikasi pesawat surveillance diperkirakan mencapai 16 juta dollar AS. Setiap unit akan berlainan, harus disesuaikan spesifikasinya," ujarnya.

Sebelumnya Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menawarkan pesawat CN-235 kepada Korea Selatan pada saat memberikan kata sambutan dalam acara pembukaan Pertemuan Kelompok Kerja. Korea Selatan merasa nyaman dengan CN-235. Hadir dalam acara tersebut Menteri Ilmu Pengetahuan Ekonomi Korea Selatan Choi Jung-Kyung. "Saat ini Korea Selatan memakai CN-235, kami tawarkan Korea mau menambah armada CN-235 lebih banyak lagi," katanya.

Sebelumnya, TNI AU sedang mempercepat penggantian Alutsista, terutama yang berusia 30 tahun atau lebih. Salah satunya adalah dengan mendatangkan pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan sebagai pengganti pesawat Hawk MK-53 dari Inggris (Kompas, 10/4).

Saat itu Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Imam Sufaat mengutarakan, penggantian alutsista itu sudah sesuai dengan instruksi Presiden dan persetujuan DPR.

Sumber : KOMPAS

KSAL : Pemilihan Kapal Selam Masih DiKaji


JAKARTA - Pembelian kapal selam yang hingga kini belum diputuskan pengadaannya dikarenakan masih menunggu hasil kajian TNI AL tentang spesifikasi yang dibutuhkan. Hal ini diungkapkan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno dalam wawancara khusus dengan Media Indonesia, Rabu (1/6).

KSAL mengatakan keputusan pembelian kapal selam masih berada dalam proses. Tim evalusi pengadaan dari Pemerintah masih menjajaki pembelian tersebut. "Rencana pembeliannya sudah ada dari tahun 2004, tetapi selalu tertunda, mudah-mudahan tahun ini bisa terealisasi. Saya kan dulu orang kapal selam, saya dianggap ahlinya" ujar Soeparno.

Sebelumnya Soeparno pernah menjabat sebagai Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim (Dan Satsel Armatim) pada tahun 1999. Beliau juga dikenal sebagai perwira dengan spesialisasi kapal selam. Selain itu KSAL juga pernah mengomandani 3 kapal perang. Yaitu, Komandan KRI Badik-623, KRI Nala-363 dan KRI Oswald Siahaan-354.

Kapal Selam Malaysia di Kalimantan Utara

kick me!! Secara terpisah, pakar pertahanan Universitas Indonesia Andi Widjajanto mengatakan Indonesia harus segera merealisasikan pembelian empat kapal selamnya dan mendesak Malaysia untuk tidak melakukan provokasi. Sebelumnya Malaysia telah mengkonfirmasi pengoperasian dua kapal selamnya yang di beli dari Perancis.

Menurut Andi, perencanaan strategis (renstra) Malaysia tahap kedua bakal mencakup penggelaran kekuatan maritim yang berpusat di Kalimantan Utara. Hampir bisa dipastikan kapal selam itu akan beroperasi di perairan Filipina, Laut China Selatan, Laut Sulawesi, dan blok Ambalat.

"Daerah itu ideal untuk menggelar kapal selam karena itu laut dalam. Hampir bisa dipastikan, 90%, manuver-manuver itu akan ada juga di blok Ambalat," ucap Andi.

Sumber : MEDIAINDONESIA.COM

Kesiapan Alutsista TNI dibawah 50%




Pengeluaran Anggaran Terbesar Untuk Belanja Pegawai

JAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemhan) menilai kesiapan alutsista yang dimiliki TNI masih di bawah rata-rata 50 persen.

"Jumlah dan kualitas alutsista yang ada masih minim, baik dari segi umur maupun teknologi," kata Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemhan, Marsda TNI Bonggas S Silaen, saat jumpa pers di Kemhan, Jakarta, Rabu (1/6).

Menurut dia, persenjataan yang dimiliki TNI saat ini rata-rata berusia 25-40 tahun dengan kesiapan TNI AD sekitar 35 persen, TNI AL sekitar 30 persen dan TNI AU sekitar 30 persen.

"Itu perhitungan kesiapan persenjataan tahun 2005, namun saat ini naik tidak tinggi. Kesiapan persenjataan disebabkan oleh kurangnya anggaran," katanya.

Bonggas mengatakan, anggaran yang diberikan pemerintah kepada Kemhan yang kemudian dibagikan kepada empat unit organisasi, yakni Mabes TNI, TNI AD, TNI AL, TNI AU dan Kemhan sendiri sejak tahun 2006 terus mengalami peningkatan hingga saat ini. Namun prosentase terbesar anggaran TNI habis hanya untuk belanja pegawai.

Dijelaskan oleh Bonggas, pada tahun 2006 anggaran yang didapat oleh Kemhan sebesar Rp28 triliun, 2007 sebesar Rp32,6 triliun, 2008 sebesar Rp32,8 triliun, 2009 sebesar Rp33,6 triliun dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai Rp42,8 triliun. Sementara tahun 2011 ini mencapai Rp47,4 triliun.

Namun, lanjut dia, anggaran yang diberikan oleh pemerintah itu lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai (gaji & operasional), sementara untuk belanja modal atau pembelian alutsista tidak terlalu tinggi.

"Alokasi anggaran pertahanan saat ini masih 0,69 persen dari PDB," katanya. Ia menambahkan, bila kebutuhan anggaran pertahanan diproyeksikan minimal 2 persen dari PDB dalam 15-20 tahun, maka kesiapan alutsista yang dimiliki oleh TNI bisa mencapai 70 hingga 90 persen. hit me!!

Sumber : ANTARA

TNI AL Minta AS Tingkatkan Materi Latihan




JAKARTA - Latihan bersama (Latma) Cooperation Afloat Readines and Training (CARAT) 2011 dalam rangka kerja sama bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat yang diikuti oleh TNI AL dan US Navy berakhir pada 2 Juni mendatang. Materi latihan akan terus dikembangkan agar terjadi pengingkatan kualitas kedua lembaga.

"Kami minta pada AS agar ada peningkatan materi latihan. Kalau tadinya hanya latihan di bidang perang atas air, mungkin tahun depan perang kapal selam, intelijen, atau pelatihan logistik,"kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno usai membuka acara Pekan Olahraga AL Wilayah Barat (Porwilbar) di Jakarta, Selasa (31/5).

Soeparno mengatakan Angkatan Laut AS menyambut baik usulan ini. "Malah, Insya Allah, Kapal Selamnya datang ke sini untuk menambah pengetahuan kita,"katanya.

Dia menambahkan, kedua belah pihak merasakan manfaat dari kegiatan Latma ini. Upaya untuk meningkatkan materi latihan bertujuan agar wawasan dan pengetahuan TNI AL semakin bertambah. Selain itu, hal ini bisa memberikan pengalaman lebih pada Angkatan Laut AS.

Seperti diberitakan sebelumnya, latihan bersama Angkatan Laut RI dan AS ini melibatkan 3 kapal perang RI dan 3 kapal perang AS serta tim kesehatan, tim marinir, tim komunikasi dari kedua Angkatan Laut RI-AS. Latihan ini melibatkan 1.500 personel dengan rincian 1.137 personel TNI AL dan 363 personel US Navy.

Overhaul KRI Nenggala-402 selesai Januari 2012

Terkait kapal selam TNI AL, punch me!! KRI Nanggala-402, yang sedang diperbaiki di Korea Selatan Kasal mengatakan akan segera selesai. "Kapal selam kita sudah diperbaiki semua, kapal selam yang menjalani overhaul Januari 2012 selesai,"katanya.

KRI Nanggala-402 menjalani perbaikan dan perawatan total di perusahaan galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd (DSME), Korea Selatan. Kapal selam TNI AL ini diberangkatkan ke Korea Selatan pada Desember 2009 lalu untuk menjalani pemeliharaan total untuk dapat memulihkan performanya.

Sebelumnya, TNI AL juga telah meng-"overhaul" kapal selam KRI Cakra-401 di tempat yang sama.

KRI Nanggala merupakan kapal selam type 209/1300 yang banyak digunakan Angkatan Laut sedunia. Kapal ini memiliki berat selam 1,395 ton. Dengan dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter. Ditenagai oleh mesin diesel elektrik, 4 diesel, 1 shaft menghasilkan 4,600 shp. Sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 21,5 knot dan diawaki oleh 34 pelaut. Sebagai bagian dari armada pemukul, KRI Nanggala dipersenjatai 14 buah torpedo 21 inci dalam 8 tabung serta sonar dari jenis CSU-3-2 suite.

Sumber : JURNAS

Latihan Bersama US Navy & TNI AL

JAKARTA - Personil marinir AS tengah melakukan persiapan simulasi dengan persenjataan lengkap di atas geladak kapal Destroyer berpeluru kendali USS Howard (DDG 83) yang bersandar di JICT 2 Port A, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (30/5). Kedatangan tiga kapal perang Amerika kapal pendaratan USS Tortuga (LSD 46), kapal penghancur berpeluru kendali USS Howard (DDG 83) dan kapal Frigat USS Reuben James (FFG 57) untuk melakukan latihan bersama dalam pengamanan maritim dan operasi anti-perompakan.FOTO ANTARA/M Agung Rajasa/ama/11, TRIKORA88





smack me!!