Penyapu ranjau kelas Condor, KRI Pulau Rusa/726 eks GDR ship Oranienburg/341.
JAKARTA - Dewan akhirnya menggagas desakan penghapusan utang negara sebesar Rp5,6 triliun untuk pembelian 39 kapal tempur eks-Jerman Timur. Namun, TNI-AL justru merasa diuntungkan dengan adanya kapal-kapal itu.
Wakil Kepala Staf TNI AL Laksdya Moekhlas Sidik menuturkan, saat ini dari 39 unit mesin tempur laut tersebut, sebanyak 90 persen di antaranya sudah berada dalam kondisi siap beroperasi. Kesiapan itu, sambung dia, diraih setelah TNI AL melakukan repowering terhadap kapal-kapal tersebut.
"Sebanyak sekitar 90 persen kapal eks-Jerman sekarang sudah layak laut," tuturnya, kepada Media Indonesia di Jakarta, Rabu (3/12).
Lantaran itulah, Wakil KSAL menandaskan, keberadaan kapal dengan harga beli sekitar Rp.4,5 triliun itu tidak menjadi beban bagi TNI-AL. Bahkan terkait krisis ekonomi global saat ini, dia mengakui, keberadaan kapal-kapal itu cukup membantu.
Tidak Membebani TNI AL
"Sama sekali kapal itu tidak membebani kami. Bahkan dalam situasi krisis seperti sekarang, perawatan kapal-kapal itu jauh lebih murah ketimbang membeli baru," katanya.
Diketahui, armada kapal eks Jerman Timur itu terdiri dari 16 unit jenis korvet Parchim, 14 kapal jenis frosch troop landing ship tanks, dan 9 kapal penyapu ranjau jenis Condor.
Wakil KSAL juga menolak memberikan tanggapan terhadap desakan pembatalan utang negara untuk pembelian ke-39 kapal perang eks Jerman Timur. Wakil KSAL menyatakan, wacana serupa itu merupakan domain dari Departemen Pertahanan.
Desakan pembatalan utang atas pembelian kapal eks-Jerman Timur itu muncul atas dasar dugaan bahwa perjanjian pembelian tersebut cacat hukum. Alhasil, utang yang muncul sebagai konsekuensi pembelian pun dinilai tidak sah.
Wakil Kepala Staf TNI AL Laksdya Moekhlas Sidik menuturkan, saat ini dari 39 unit mesin tempur laut tersebut, sebanyak 90 persen di antaranya sudah berada dalam kondisi siap beroperasi. Kesiapan itu, sambung dia, diraih setelah TNI AL melakukan repowering terhadap kapal-kapal tersebut.
"Sebanyak sekitar 90 persen kapal eks-Jerman sekarang sudah layak laut," tuturnya, kepada Media Indonesia di Jakarta, Rabu (3/12).
Lantaran itulah, Wakil KSAL menandaskan, keberadaan kapal dengan harga beli sekitar Rp.4,5 triliun itu tidak menjadi beban bagi TNI-AL. Bahkan terkait krisis ekonomi global saat ini, dia mengakui, keberadaan kapal-kapal itu cukup membantu.
Tidak Membebani TNI AL
"Sama sekali kapal itu tidak membebani kami. Bahkan dalam situasi krisis seperti sekarang, perawatan kapal-kapal itu jauh lebih murah ketimbang membeli baru," katanya.
Diketahui, armada kapal eks Jerman Timur itu terdiri dari 16 unit jenis korvet Parchim, 14 kapal jenis frosch troop landing ship tanks, dan 9 kapal penyapu ranjau jenis Condor.
Wakil KSAL juga menolak memberikan tanggapan terhadap desakan pembatalan utang negara untuk pembelian ke-39 kapal perang eks Jerman Timur. Wakil KSAL menyatakan, wacana serupa itu merupakan domain dari Departemen Pertahanan.
Desakan pembatalan utang atas pembelian kapal eks-Jerman Timur itu muncul atas dasar dugaan bahwa perjanjian pembelian tersebut cacat hukum. Alhasil, utang yang muncul sebagai konsekuensi pembelian pun dinilai tidak sah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar