Indonesia Bisa Luncurkan Rudal Balistik
BAGI Indonesia, pembangunan dan pengoperasian bandar antariksa di Biak dapat dimanfaatkan bagi ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, dan sosial. Pengoperasian bandar antariksa adalah kesempatan emas untuk proses pembelajaran dan alih ilmu pengetahuan serta teknologi dari Rusia ke Indonesia. Manfaat dari sisi sosial, dengan pengoperasian bandar antariksa diharapkan dapat memperluas lapangan kerja dan peningkatan pada community development (pembangunan masyarakat).
Sedangkan manfaat ekonomi adalah akan meningkatkan devisa bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dari data menunjukkan bahwa total penerimaan dari peluncuran wahana antariksa berbobot ringan pada periode 1998-2007 diperkirakan akan meningkat menjadi sekira 45,6 sampai 55,6 miliar dolar AS.
Berdasarkan hasil studi Euroconsult dan Teal Corporation, sampai dengan tahun 2015, diproyeksikan setiap tahunnya akan ada sebanyak 120 satelit diluncurkan dengan frekuensi peluncuran sebanyak 60 sampai 80 kali. Dari semua peluncuran wahana antariksa tersebut sebagian besar dilakukan dengan sistem peluncuran statis dari darat (land launch). Dengan adanya bandar antariksa yang dapat meluncurkan dari udara dan menghemat biaya, diharapkan terjadi perubahan teknik peluncuran dari peluncuran statis ke air launch system.
Futron dari Amerika Serikat melaporkan, jumlah peluncuran satelit komersial dari data tahun 1981-2000 dihasilkan rata-rata 98 satelit per tahun. Jika dirata-ratakan, akan terdapat 1-2 kali peluncuran satelit setiap pekannya. Diperkirakan sejak 2001 sampai 2020 akan terjadi peningkatan rata-rata peluncuran satelit komersial, di mana terdapat lebih dari 106 peluncuran satelit komersial setiap tahunnya. Hal ini sejalan dengan perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi, khususnya untuk transfer data, video, maupun voice lintas global sangat membutuhkan satelit sebagai alat yang dapat mempercepat waktu dan melintasi ruang global.
Manfaat ekonomi lain dari adanya bandar antariksa adalah dapat sebagai objek pariwisata kedirgantaraan dan ilmiah, terutama pada saat peluncuran. Kota-kota seperti Kourou di Guyana (Prancis) dan Alcantara (Brasil) mengalami kemajuan ekonomi yang sangat mengagumkan karena adanya perkembangan wisata sebagai pengaruh dari peluncuran wahana antariksa dari kedua kota tersebut secara sea launch.
Dengan melihat perkembangan peluncuran satelit komersial dunia, Biak akan berpotensi besar sebagai bandar antariksa yang berkembang luas di dunia. Tetapi, yang menjadi pertanyaan kemudian, apakah lingkungan Biak masih mampu memiliki daya tampung untuk polutan udara yang dilepaskan dari wahana antariksa, sampah antariksa berupa space debris (padatan sisa materi roket dan sebagainya), dan kebisingan (suara yang dihasilkan oleh wahana antariksa) mengingat proyeksi frekuensi peluncuran satelit di masa depan yang begitu besar?
Akhirnya kita berharap agar bandar antariksa ini berkembang sesuai misinya sebagai lokasi untuk meluncurkan satelit, roket, atau wahana antariksa lainnya yang semuanya ditujukan untuk kesejahteraan umat manusia dan iptek, tidak untuk kepentingan militer atau basis pertahanan dan keamanan suatu negara.
Hal ini mengingat teknologi antariksa berpotensi cukup besar untuk kepentingan hankam, utamanya untuk militer. Teknologi wahana peluncur (roket) memiliki kesamaan dengan teknologi misil dan rudal balistik. Negara yang memiliki roket dan mampu meluncurkan satelit dan muatan lainnya ke orbit LEO atau MEO pasti memiliki kemampuan membuat misil balistik jarak sedang dan yang mempunyai kemampuan meluncurkan ke orbit GSO pasti memiliki kemampuan membuat misil balistik antarbenua.***
Lilik Slamet S., M.Si.
Peneliti Bidang Aplikasi Klimatologi & Lingkungan. Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer & Iklim , Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Bandung.
BAGI Indonesia, pembangunan dan pengoperasian bandar antariksa di Biak dapat dimanfaatkan bagi ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, dan sosial. Pengoperasian bandar antariksa adalah kesempatan emas untuk proses pembelajaran dan alih ilmu pengetahuan serta teknologi dari Rusia ke Indonesia. Manfaat dari sisi sosial, dengan pengoperasian bandar antariksa diharapkan dapat memperluas lapangan kerja dan peningkatan pada community development (pembangunan masyarakat).
Sedangkan manfaat ekonomi adalah akan meningkatkan devisa bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dari data menunjukkan bahwa total penerimaan dari peluncuran wahana antariksa berbobot ringan pada periode 1998-2007 diperkirakan akan meningkat menjadi sekira 45,6 sampai 55,6 miliar dolar AS.
Berdasarkan hasil studi Euroconsult dan Teal Corporation, sampai dengan tahun 2015, diproyeksikan setiap tahunnya akan ada sebanyak 120 satelit diluncurkan dengan frekuensi peluncuran sebanyak 60 sampai 80 kali. Dari semua peluncuran wahana antariksa tersebut sebagian besar dilakukan dengan sistem peluncuran statis dari darat (land launch). Dengan adanya bandar antariksa yang dapat meluncurkan dari udara dan menghemat biaya, diharapkan terjadi perubahan teknik peluncuran dari peluncuran statis ke air launch system.
Futron dari Amerika Serikat melaporkan, jumlah peluncuran satelit komersial dari data tahun 1981-2000 dihasilkan rata-rata 98 satelit per tahun. Jika dirata-ratakan, akan terdapat 1-2 kali peluncuran satelit setiap pekannya. Diperkirakan sejak 2001 sampai 2020 akan terjadi peningkatan rata-rata peluncuran satelit komersial, di mana terdapat lebih dari 106 peluncuran satelit komersial setiap tahunnya. Hal ini sejalan dengan perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi, khususnya untuk transfer data, video, maupun voice lintas global sangat membutuhkan satelit sebagai alat yang dapat mempercepat waktu dan melintasi ruang global.
Manfaat ekonomi lain dari adanya bandar antariksa adalah dapat sebagai objek pariwisata kedirgantaraan dan ilmiah, terutama pada saat peluncuran. Kota-kota seperti Kourou di Guyana (Prancis) dan Alcantara (Brasil) mengalami kemajuan ekonomi yang sangat mengagumkan karena adanya perkembangan wisata sebagai pengaruh dari peluncuran wahana antariksa dari kedua kota tersebut secara sea launch.
Dengan melihat perkembangan peluncuran satelit komersial dunia, Biak akan berpotensi besar sebagai bandar antariksa yang berkembang luas di dunia. Tetapi, yang menjadi pertanyaan kemudian, apakah lingkungan Biak masih mampu memiliki daya tampung untuk polutan udara yang dilepaskan dari wahana antariksa, sampah antariksa berupa space debris (padatan sisa materi roket dan sebagainya), dan kebisingan (suara yang dihasilkan oleh wahana antariksa) mengingat proyeksi frekuensi peluncuran satelit di masa depan yang begitu besar?
Akhirnya kita berharap agar bandar antariksa ini berkembang sesuai misinya sebagai lokasi untuk meluncurkan satelit, roket, atau wahana antariksa lainnya yang semuanya ditujukan untuk kesejahteraan umat manusia dan iptek, tidak untuk kepentingan militer atau basis pertahanan dan keamanan suatu negara.
Hal ini mengingat teknologi antariksa berpotensi cukup besar untuk kepentingan hankam, utamanya untuk militer. Teknologi wahana peluncur (roket) memiliki kesamaan dengan teknologi misil dan rudal balistik. Negara yang memiliki roket dan mampu meluncurkan satelit dan muatan lainnya ke orbit LEO atau MEO pasti memiliki kemampuan membuat misil balistik jarak sedang dan yang mempunyai kemampuan meluncurkan ke orbit GSO pasti memiliki kemampuan membuat misil balistik antarbenua.***
Lilik Slamet S., M.Si.
Peneliti Bidang Aplikasi Klimatologi & Lingkungan. Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer & Iklim , Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Bandung.
1 komentar:
saya sebagai warga bangsa bangga bila hal tsb ter realisasikan, pertanyaanya apakah kita bisa?krena semua itu butuh dana dan teknologi yang tinggi
Posting Komentar