Sabtu, 09 Juli 2011

TNI AU Uji Coba UAV “Peacock”



UAV Peacock buatan PT Aviator Teknologi Indonesia (photo : masbagoes)
Uji Coba Pesawat “Peacock”

Peacock merupakan pesawat tanpa awak buatan PT. Aviator Teknologi Indonesia yang mampu menjalankan misi autonomous dan way point following dalam radius 5 km dengan baik.

Hal ini dikatakan Presiden Director PT. Aviator Teknologi Indonesia, Rinda Syafrinda disela-sela demo terbang pesawat tanpa awak bertempat di shelter Runway Pangkalan TNI AU Sulaiman, Bandung Rabu (6/7).

Ditambahkannya, pesawat jenis back pack dengan nama peacock ini merupakan pesawat terbang tanpa awak hasil rancang putra-putri dalam negeri sehingga permasalahan kesinambungan pengembangan teknologi dan layanan purna jual tidak akan menjadi kendala di masa yang akan datang. “Selain itu, kerahasiaan misi dan teknologi terjamin,” kata Rinda.

Hadir pada kesempatan tersebut Komandan Lanud Sulaiman Kolonel Pnb Elianto Susetio, S.IP, Wadan Korpaskhasau Kolonel Psk Harvin Ondeh, Aslog dan Aspers Makorpaskhasau, para pejabat dislitbangau, dan para pejabat dari Mabesau.

Airbus Military Bantu Revitalisasi PT DI




C-295 pesawat transport buatan Airbus Military (photo : Militaryphotos)
Jurnas.com. AIRBUS Military telah menandatangani kesepakatan kerja sama strategis bersama PT Dirgantara Indonesia (PTDI), dimana Airbus Military akan membantu PTDI dalam merevitalisasi industri dirgantara nasional di Indonesia.

Kesepakatan ini ditandatangani oleh Presiden Direktur PTDI Budi Santoso, Presiden Direktur PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) Boyke W. Mukijat dan CEO Airbus Military Domingo UreƱa Raso di Jakarta, Rabu (6/7).

Menteri BUMN Mustafa Abubakar turut hadir pada penandatanganan imi, mengkonfirmasi Nota Kesepahaman (MoU) pada Februari lalu. Fase pertama dari program revitalisasi ini akan berjalan selama 18 bulan. Selama periode ini, Airbus Military akan mendukung PTDI dalam mengoptimalkan proses industri dan efisiensi globalnya secara keseluruhan.

Kesepakatan ini dibangun atas hubungan manufaktur yang telah berlangsung lama antara Airbus Military dan pendahulunya CASA dari Spanyol, serta PTDI dan pendahulunya Nurtanio. Saat ini, PTDI adalah pemasok yang penting bagi Airbus Military untuk pesawat transpor ringan/medium C212 dan CN235, pesawat pemantau, serta bagi Eurocopter dan Airbus.

Selama beberapa tahun ke depan, Airbus Military bermaksud untuk meningkatkan jumlah manufakturnya dengan PTDI. Airbus Military juga berniat memberikan aktivitas industri yang nilainya semakin tinggi di rantai pasokan. "Kesepakatan dengan Airbus Military hari ini akan membantu Indonesia melakukan reformasi struktural, untuk memulihkan serta mengembangkan sektor dirgantara nasional. Adanya kesempatan untuk pengembangan baru dan dibukanya pasar-pasar baru bersama Airbus Military, akan membantu Indonesia melahirkan generasi yang memiliki insinyur, manajer, dan pekerja yang sangat terlatih. Mereka tentunya akan berkarya di industri dirgantara, namun juga mengubah sektor ekonomi lainnya di negara kita," katanya.

Domingo Urena Raso– CEO Airbus Military menambahkan, hubungan dirgantara antara Spanyol dan Airbus Military dengan Indonesia dan industri nasionalnya telah terjalin lama dan menguntungkan bagi kedua pihak. Hubungan ini juga mempunyai prospek masa depan yang positif.

Akan tetapi, industri dirgantara global saat ini semakin kompetitif, sehingga setiap pemain di industri ini harus terus memperbarui dan mengembangkan diri. "Airbus Military berkomitmen sepenuhnya untuk mendukung mitra kami di Indonesia, agar dapat terus mempertahankan perannya di panggung dunia," ujar Domingo.

Domingo menjelaskan, Airbus Military adalah satu-satunya produsen pesawat militer dan sipil yang membuat, mengembangkan dan menjual rangkaian pesawat berkapasitas muatan 3 hingga 45 ton. Sebagai anak perusahaan Airbus, Airbus Military bertanggung jawab atas program A400M, pesawat tanker, dan transport militer (military tanker transport) atau MRTT A330 dan pesawat militer lain yang merupakan turunan dari pesawat sipil Airbus.

Bersama dengan segmen pesawat ringan dan menengah C295, CN235 dan C212. Secara total,sebut Domingo, Airbus Military telah menjual lebih dari 1.000 pesawat kepada sekitar 130 pelanggan militer, sipil dan pemerintahan. Dari jumlah ini, lebih dari 800 pesawat telah dikirimkan. Airbus adalah bagian dari perusahaan EADS.


Baca Juga :

Airbus Military-PT DI Dongkrak Produksi Pesawat Kecil
07 Juli 2011

JAKARTA: Kerja sama Airbus Military dan PT Dirgantara Indonesia bakal mendorong produksi 20 unit pesawat kecil dan menengah per tahun pada 2014.

CEO Airbus Military Domingo Urena Raso mengatakan target pesanan tahunan tersebut dapat tercapai jika PT DI, bekerja sama dengan Airbus Military, mampu menggenjot permintaan pesawat domestik.

“Saya memimpikan PT DI menjadi basis produksi global untuk tipe pesawat kecil dan menengah, tapi itu hanya dapat tercapai jika permintaan domestik bisa didominasi, sipil ataupun militer,” kata Raso kepada bisnis, hari ini.

Airbus Military, yang sebelumnya bernama CASA, hari ini menandatangani perjanjian kerja sama strategis dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) dan PT DI untuk mendukung revitalisasi dan restrukturisasi industri pesawat terbang Indonesia.

Penguasaan 43% pasar global untuk pesawat kecil dan menengah tersebut berkomitmen membantu PT DI dalam pengembangan produk, rasionalisasi proses produksi serta memasarkan produk ke dalam dan luar negeri.

Presiden Direktur PT DI Budi Santoso mengatakan kedua perusahaan akan memetakan jenis pesawat apa saja yang dibutuhkan di Indonesia untuk kemudian fokus memproduksi produk dengan permintaan terbesar.

“Ini adalah kesempatan bagi mereka (Airbus Military) memasarkan produk mereka ataupun produk mereka bersama PT DI, khususnya di Indonesia. Daripada bersaing (dengan PT DI) lebih baik bekerja sama,” ucap Budi.

Airbus Military telah setuju menjadikan PT DI sebagai produsen tunggal C-212 untuk pasar global serta produsen tunggal CN-235 dan CN-295 untuk pasar Asia Pasifik. Ke depannya, perusahaan Spanyol itu juga berencana memproduksi A400M pesawat multifungsi berukuran besar di Bandung.

Raso mengharapkan PT DI menunjukkan kemampuannya dengan menyelesaikan seluruh perkerjaan terkontrak dalam waktu yang disepakati. (arh)

(Bisnis Indonesia)

KRI Diponegoro-365 “Bombardir” Pulau Gundul




Meriam OTO Melara 76mm KRI Diponegoro (photo : Koarmatim)

Laut Jawa-Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Diponegoro-365 “membombardir” Pulau Gundul yang berada di sekitar Kepulauan Karimun Jawa Sabtu (02/06). Sebanyak sembilan butir peluru dimuntahkan dari moncong Senjata Artileri jenis meriam laras tunggal super rapid dengan kaliber 76mm berhasil menghujam daratan Pulau tak berpenghuni itu. Pulau Gundul merupakan daerah latihan milik TNI AL kusus untuk gladi tempur penembakan senjata artileri kapal-kapal perang.

Meriam kaliber 76mm Otomelara yang terpasang di Geladak Haluan kapal ditembakkan secara otomatis melalui Pusat Informasi Tempur (PIT) didukung radar senjata jenis LIROD MK2 sebagai tracking sasaran. Selain menggunakan kendali penembakan otomatis melalut PIT juga dilakukan penembakan secara manual dengan Target Designation Sight (TDS). Jarak tembak dari KRI Diponegoro menuju sasaran kurang lebih 5 nautical mile (9,8km).

Akurasi penembakan meriam 76mm sangat tinggi karena didukung Module Combat System (MCS) terintegrasi dengan senjata ini, berupa radar LIROD yang mampu melakukan tracking video dan memberikan data kontrol senjata secara tiga dimensi mulai dari jarak, baringan dan ketinggian sasaran. Radar tersebut juga memiliki kemampuan mengunci sasaran udara secara manual dan otomatis.

Peluru yang ditembakkan dari laras meriam 76mm merupakan proyektil jenis Target Practice(TP). Meriam buatan Italia ini mampu memuntahkan peluru sebanyak 120 butir per menit dengan jarak jangkau maksimal 16 sampai 20 kilometer sesuai dengan jenis Amunisi yang ditembakkan. Untuk Amunisi jenisSemi Armour Piercing Otomonition Extended Range (Sapomer) dapat menjangkau sasaran dengan jarak maksimum 20km.

Serbuan pagi hari itu merupakan program latihan yang dilaksanakan oleh kapal perang yang berada di jajaran Koarmatim tersebut, saat melakukan perjalanan Lintas Laut (Linla) dari Pangkalan Surabaya menuju Jakarta dalam rangka akan mengikuti Latihan Bersama (Latma). Disamping itu kapal ini akan mendapatkan tugas patroli laut wilayah barat yang berada disekitar Kepulauan Karimun Jawa, Selat Sunda, Perairan Kepulauan Riau (Kepri), Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.

Tujuan galdi tempur penembakan senjata Artileri atas air tersebut sebagai tolak ukur untuk melihat sejauh mana kemampuan operasional persenjataan serta piranti pendukung yang terintegrasi dengan senjata tersebut. Selain itu juga untuk meninggkatkan kemampuan dan profesionalisme prajurit dalam mengawaki dan mengoperasikan persenjataan yang dimiliki oleh KRI.

“Latihan penembakkan ini berhasil dengan baik, karena seluruh peluru yang ditembakkan mencapai target dengan akurat”, kata Komandan KRI Diponegoro-365 Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo.


(Koarmatim)

Dirgantara Indonesia Bakal Produksi Dua Jenis Helikopter Baru




Helikopter ringan Fennec (photo : Helidreams)

JAKARTA. PT Dirgantara Indonesia bakal mengembangkan dua helikopter baru untuk menggantikan NBO 105 yang produksinya bakal berakhir tahun ini. Pengembangan dua jenis helikopter itu merupakan hasil kerjasama dengan perusahaan asal Eropa, Eurocopter.

Juru bicara PT Dirgantara Indonesia, Rakhendi Triyatna mengatakan dua helikopter yang akan diproduksi masih sejenis dengan helikopter NBO 105. Kedua jenis helikopter yang akan diproduksi adalah Fennec dan Ecuirrel. "Kami sudah menandatangani kerjasama lanjutan dengan Eurocopter minggu lalu," kata Rakhendi, Senin (4/7).

Rakhendi mengatakan produksi NBO 105 yang berakhir tahun ini juga bekerjasama dengan Eurocopter sejak 1976. Hingga tahun 2011, PT Dirgantara Indonesia sudah memproduksi 123 unit NB 105. Dirgantara Indonesia juga bekerjasama dengan Eurocopter sejak 1982 untuk membuat helikopter Super Puma.

Helikopter ringan Ecuirrel (photo : Wiki)

Selain itu, mereka juga bekerjasama dalam memproduksi helikopter EC 725 dan EC225, namun Dirgantara Indonesia hanya membuat badan dan ekor helikopter. Sedangkan perakitannya dilakukan oleh Eurocopter di Prancis.

Produksi dua helikopter terbaru menurut Rakhendi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri terutama untuk TNI. Demikian juga dengan dua helikopter terbaru yang akan diproduksi menurutnya akan memenuhi kebutuhan pasar baik TNI atau SAR. "Selain untuk kebutuhan dalam negeri, helikopter yang diproduksi juga akan dipasarkan ke negara tetangga," kata Rakhendi.

Rakhendi berharap produksi dua jenis helikopter terbaru dapat dilakukan secepatnya. Namun dia belum bisa memastikan waktunya karena pembicaraan yang dilakukan dengan Eurocopter masih tahap awal.

Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom) Bambang S Ervan mengatakan Dirgantara Indonesia pasti sudah mempertimbangkan pasar dari dua jenis helikopter terbaru yang akan diproduksi. Namun jika helikopter itu merupakan pengembangan dari NBO 105, maka menurutnya akan cocok dengan kebutuhan pasar di Indonesia. "Selain untuk kebutuhan TNI dan SAR, bisa juga dipergunakan oleh perusahaan pertambangan dan kebutuhan pesawat charter," kata Bambang.

TNI AU Terima CN-235 dan Super Puma dari PTDI




CN-235 TNI Angkatan Udara (photo : Indoflyer)
TNI Angkatan Udara menerima satu unit pesawat CN-235-220 jenis Angkut Militer (Troop Transport) dan satu unit Helikopter Super Puma NSA-330 dari PT Dirgantara Indonesia, Rabu (29/11) di Hanggar Kawasan Produksi II PTDI, Bandung. Penyerahan kedua pesawat yang akan dioperasikan TNI Angkatan Udara tersebut dilakukan antara Direktur Utama PTDI dengan Dirjen Sarana Pertahanan Dephan RI.

Penerimaan kedua pesawat ditandai dengan penandatanganan Naskah Serah Terima antara Ctr Direktur Utama PTDI M. Mochajan dan Dirjen Ranahan (Sarana Pertahanan) Dephan RI, Marsda TNi Selamet Prihatino, SIP. Yang selanjutnya ditandatangani naskah serah terima pesawat CN-235-220 Troop Transport dan Helikopter Super Puma NSA-330 antara Dirjen Ranahan (Sarana Pertahanan) dan Asisten Logistik Kasau Marsda TNI Subandrio.

NSA -330 Super Puma milik TNI-AU (photo : Indoflyer)

Pesawat CN-235 Angkut Militer (Troop Transport) merupakan realisasi dari kontrak tahun 1996. Sedangkan helicopter Super Puma NSA-330 menjalani reengine (penggantian mesin) dari mesin Turmo IVC ke mesin Makila 1A-1. Perawatannya berdasarkan kontrak tahun 2000 antara PTDI dengan Departemen Pertahanan.

(Dispen AU)

TNI AU & RTAF Latihan Bersama Elang Thainesia 2011



JAKARTA - TNI AU dan Royal Thailand Air Force (RTAF) melakukan latihan bersama untuk menguji kemampuan dan profesional prajurit matra udara masing-masing negara.

Latihan bersama bersandikan "Elang Thainesia" ke-15 kali ini dibuka secara bersama oleh KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat dan KSAU RTAF Marsekal Itthaporn Subhawong, di Udon Thani Thailand, Selasa (5/7).

Juru bicara TNI AU Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro di Jakarta, Rabu (6/7) mengatakan latihan bersama "Elang Thainesia" bertujuan meningkatkan kemampuan para penerbang kedua AU dalam melaksanakan operasi udara.

"Selain itu Latma tersebut juga untuk mempererat persahabatan serta kerja sama antara kedua angkatan udara kedua negara," kataya menambahkan.

Kedua kepala staf berharap, selama latihan berlangsung para peserta memperhatikan prosedur keselamatan terbang dan kerja.

Dalam latihan bersama itu, TNI Angkatan Udara melibatkan sekitar 113 personel dan lima pesawat tempur Hawk 100/200 dari Skadron Udara 12 Pangkalan Udara Pekanbaru dan Skadron Udara 1 Pangkalan Udara Supadio Pontianak.

Sedangkan pihak angkatan udara Thailand melibatkan lima pesawat tempur Alfa Jet.

Sumber : DEPHAN.GO.ID

Paskhas AU dan USAF Latihan Bersama


MALANG - Sejumlah anggota Paskhas TNI-AU dan personel US Air Force melakukan simulasi penyelamatan sandera pada latihan bersama di pangkalan TNI Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang, Jawa Timur, Rabu (6/7). Latihan dengan kode operasi "Teak Iron" tersebut untuk melatih kesiapan dan kerjasama kedua satuan tempur tersebut. FOTO ANTARA/Ari Bowo Sucipto/Koz/Spt/11.



KRi Cakra-401 Kembali ke Dermaga Ujung, Surabaya

SURABAYA - Sejumlah prajurit TNI-AL berada di atas lambung kapal selam KRI Cakra-401 melintas di perairan laut Surabaya, Jatim, Senin (4/7) usai melakukan patroli menjaga kedaulatan wilayah laut NKRI. KRI Cakra-401 merupakan salah satu armada pemukul TNI AL yang telah ditingkatkan kemampuannya di DSME Korea Selatan dan dipersenjatai oleh 14 buah torpedo 21 inci. Saat ini KRI Nanggala-402 juga tengah melakukan perbaikan dan peningkatan kemampuan ditempat yang sama. FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/Spt/11.