Rabu, 30 September 2009

Scorpène, Kapal Selam Baru Andalan TLDM (IV)


Intrik Dibalik pembelian Scorpene

Pada Oktober 2008, KD Tunku Abdul Rahman (KD TAR) resmi diluncurkan dari dry dock DCNS di Cherbourg oleh istri Wakil Perdana Menteri Tun Najib Razak, yakni Datin Seri Rosmah Mansor.

Saat itu seremoni acara peluncuran dilakukan oleh Datin dengan memecahkan botol ke kapal yang disaksikan Tun Najib Razak, didampingi Kepala Staf AL Tan Sri Ramlan Mohamed Ali, Menhan Prancis Herve Morin, dan para pejabat lain.

Usai peluncuran, kapal selam melakukan uji berlayar (sea trial) untuk mengecek seluruh sistem. Uji coba ini selesai dilakukan pada Desember 2008 termasuk keberhasilan menguji penembakan torpedo ‘Black Shark’ dan rudal permukaan SM-38 Exocet.

KD TAR diserah terimakan kepada RMN di Toulon-Prancis pada akhir Januari 2009 lalu, Serah terima ini menimbulkan protes di Malaysia, hal ini dikarenakan dugaan adanya komisi sebesar 540 juta ringgit (US$149.50 Juta) yang dibayarkan kepada orang dekat Wakil Perdana Menteri Najib Razak yang bertindak sebagai broker pada transaksi ini.


Serah terima Scorpène kepada RMN di Toulon, Prancis

Wakil Perdana Menteri Tun Najib Razak kini telah menjabat sebagai Perdana Mentri menggantikan Abdulah Ahmad Badawi yang mundur Maret 2009 lalu. Najib membantah telah melakukan apapun yang melanggar aturan pada deal pembelian Scorpène saat beliau menjabat Menteri Pertahanan.

Tetapi pemimpin oposisi senior Lim Kit Siang menginginkan Komisi Anti Korupsi Malaysia yang baru untuk menyelidiki tuduhan tersebut. Program angkatan laut Malaysia (TLDM) ini menghabiskan biaya US$ 2,87 Milyar, menurut Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Najib Tun Razak ketika berbicara kepada Parlemen Malaysia kontrak pembelian tersebut termasuk pelatihan dan logistik kapal.

Alasan Pengadaan

Peningkatan kemampuan armada laut Kerajaan Malaysia dianggap penting karena perairan Laut China Selatan adalah perairan tersibuk kedua di dunia. Jika terjadi konflik, Selat Malaka akan terkena imbasnya. Selain itu, perairan Laut China Selatan banyak mengandung minyak dan gas serta biota laut.



Kru kapal KD TAR bersama para petinggi RMN dan pemerintah

Malaysia menganggap tiga pulau di gugusan Kepulauan Spratly sebagai wilayah kedaulatannya, yakni Terumbu Ubi (Ardasier Reef), Terumbu Mantanani (Maruiveles Reef) dan Terumbu Layang-layang (Swallow Reef). Negara itu juga menduduki dua terumbu lagi yang berada di luar Kepulauan Spratly dan diperkirakan bisa memicu konflik yakni Terumbu Siput (Erica Reef) dan Terumbu Peninjau (Invertigator Reef).

Armada laut yang kuat dirasa perlu supaya pihak lain tidak dengan mudah dan sewenang-wenangnya membuat tuntutan wilayah yang diklaim milik Malaysia. Malahan ada pendapat dua kapal selam tak mencukupi untuk mengawal perairan Malaysia yang begitu panjang.

Pangkalan Kapal Selam TLDM

Rencananya Juli nanti KD Tunku Abdul Rahman tiba di Malaysia dan bakal berpangkalan di Pangkalan kapal selam TLDM di Kota Kinabalu, Teluk Sepanggar-Sabah.

Kapal selam kedua pada pertengahan Februari 2009 lalu juga tengah melakukan uji berlayar (sea trial) di Cartagena-Italia, dan dijadwalkan bisa diserah terimakan pada bulan Oktober tahun ini.

Scorpène yang dibangun untuk Royal Malaysian Navy (RMN) memiliki bobot 1.500 ton dengan panjang total 67.5m. Kapal didukung oleh dua mesin diesel elektrik (menggunakan GM synchronous motor bermagnet permanen) yang mampu menyediakan tenaga lebih dari 2500kW.

Torpedo Black Shark

“Black Shark”, torpedo kelas berat berteknologi canggih (Advanced Heavyweight Torpedo) adalah senjata bawah air multiguna untuk sasaran bawah air dan permukaan (SUT/ Surface and Underwater Torpedo).

Torpedo ‘Black Shark’ dibuat oleh perusahaan asal Italia WASS-Finmeccanica Company, yang telah lama (20 tahun) berkecimpung dalam pembuatan persenjataan bawah laut.

Torpedo berpandu sonar akustrik ASTRA (Advanced Sonar Transmitting and Receiving Architecture), adalah torpedo berpandu sonar aktif dan pasif yang mampu mempresentasikan keberhasilan pengembangan persenjataan mutakhir dari Whitehead Alenia Sistemi Subacquei (WASS).

Black Shark merupakan torpedo generasi terbaru berdiameter 21 inch (533mm) yang powerful, berdaya jangkau jauh, berpandu kabel serat (wire) dan mandiri (self-homing) dan fully stealth.



Torpedo juga dilengkapi dengan counter-countermeasures system (anti-jamming), serta diperkuat oleh motor penggerak propeler terbaru. Daya penggerak Torpedo didapat dari batere berbahan silver oxide dan alumunium.

Karakteristik utama Torpedo Black Shark :
- Dua target sasaran, kapal selam dan kapal permukaan
- Dapat diadopsi oleh berbagai discharge system, peluncur kapal dan submarine
- Panjang 6.3 meter, memungkinkan diintegrasi kedalam tabung
- Dapat diintegrasikan dengan semua Fire Control
System (FCS), kompatibel dengan FCS modern STANAG 4405
- Tampilan antarmuka yang mudah dengan unit komputer dan sensor kapal
- Tersedia channel Audio
- Kabel serat optik berpemandu communication link
- Sistem pendorong elektris dengan baterai utama berdaya tinggi
- Berkecepatan tinggi dengan pengontrol elektronik tinggi-rendah kecepatan
- Bentuk kepala akustik dirancang mengurangi flow-noise
- Radiasi noise sangat senyap (fully stealth)
- Optimal beroperasi di perairan berkedalaman tinggi dan rendah/ dangkal (coastal)
- Pendeteksian jarak jauh, bahkan pada low TS (sinyal rendah), zero Doppler dan target silence.
- Fully digital untuk beam-forming, sinyal dan pemrosesan data
- Dapat diluncurkan secara bersamaan (simultan) ke beberapa sasaran
- Kemampuan menghindar Acoustic Counter-Counter-Measures (ACCM) tercanggih/ anti-jamming.

Tidak ada komentar: