Kamis, 24 Februari 2011

Korsel geger soal pencurian dokumen


SEOUL - Partai-partai politik Korea Selatan menuntut kepala badan intelijen negara itu mundur menyusul insiden percobaan pencurian dokumen komputer milik delegasi Indonesia.

"Memalukan...dan saya berharap direktur intelijen akan mundur," kata Hong Joon-Pyo, anggota Partai Nasional,GNP, yang berkuasa dalam akun Twitternya.

Partai-partai oposisi dan sejumlah surat kabar besar juga menuntut kepala badan intelijen, NIS, Won Sei-Hoon, mundur

Namun Won menyanggah berita media yang menyebutkan tiga agennya memasuki kamar hotel delegasi dagang Indonesia tanggal 16 Februari lalu untuk mencoba mencuri informasi tentang kemungkinan pembelian senjata dari Korea Selatan.

Pihak Indonesia telah mengadukan insiden ini ke polisi. Namun para pejabat NIS dilaporkan mengambil semua bukti termasuk gambar CCTV, kata kantor berita Yonhap.

Kejadian memalukan

Delegasi Indonesia berkunjung ke Korea Selatan untuk membicarakan kerjasama ekonomi termasuk kemungkinan pembelian pesawat supersonik T-50 Korea Selatan serta senjata lain.

Surat kabar Chosun Ilbo mengangkat kekhawatiran bahwa kesepakatan senjata senilai satu miliar dolar kemungkinan batal karena kesalahan "absurd" agen NIS itu.

"Presiden harus mengadakan perombakan kepemimpinan NIS, atau meminta mereka tetap diam demi kepentingan nasional bila dia tidak mau mundur," kata koran ini dalam editorial seperti dikutip kantor berita AFP.

Surat kabar Dong-A Ilbo juga mendesak agar Won mundur dan menggambarkan upaya pencurian itu sebagai "hal yang memalukan dalam tingkat nasional dan diplomatik."

Persaingan intelijen

Profesor Yang Seung Yoon dari universitas Hankook, Seoul mengatakan insiden ini menjadi berita besar di negara itu.

"Semua pihak sangat marah atas hal yang memalukan negara, pemerintah dan rakyat Korea (selatan) ini. Tiap hari semua harian, dan juga internet dipenuhi dengan makian dan tuntutan tentang hal itu," kata Yang kepada BBC Indonesia.

Yang Seung Yoon juga mengindikasikan kejadian ini dipicu tingkat persaingan yang tinggi antar departemen.

"Di Korea semua hal dalam politik, ekonomi dilakukan dengan persaingan yang sangat tajam. Dengan persaingan seperti ini, dapat terjadi kesalahan seperti itu.

"Saya pikir ini mungkin persaingan keras antara pihak intelijen dan pihak pertahanan," tambahnya.

Korea Selatan dan Indonesia memiliki kerjasama bagus dalam bidang pertahanan.

Tahun 2008, Seoul menandatangani perjanjian senilai US$90 juta dengan Jakarta untuk membeli empat pesawat pengangkut untuk penjaga pantai. Indonesia juga sepakat untuk bergabung dengan Korea Selatan mengembangkan pesawat tempur Juli lalu.

Sumber : BBC-INDONESIA

Tidak ada komentar: