Sabtu, 22 November 2008

Dephan Tertarik Kapal Selam Jerman dan Korea


Kapal selam Diesel-elektrik kelas SS-209 Changbogo

DEPARTEMEN Pertahanan (Dephan) tidak lagi fokus membeli kapal selam buatan Rusia. Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengaku tengah menjajaki tawaran dari Jerman dan Korea Selatan.

"Kami ingin mencari kapal yang lebih murah perawatannya," katanya di Jakarta, pekan lalu. Senjata buatan Rusia dikenal sulit dan mahal dalam perawatan. Contohnya operasional pesawat tempur Sukhoi yang memakan Rp.500 juta per jam terbangnya. Bandingkan dengan biaya terbang F-16 dari Amerika Serikat yang "hanya" Rp.70 juta atau pesawat asal Inggris, Hawk 109/209 yang sekitar Rp.60 juta.

Alasannya tak hanya itu, Indonesia sudah memiliki sejarah kapal selam dengan kedua negara tersebut. Dua kapal selam yang dimiliki Indonesia saat ini, KRI Cakra dan KRI Nanggala didatangkan dari Jerman, 20 tahun lalu. Kedua kapal selam itu merupakan tipe 209/1300 yang banyak digunakan AL sedunia.

Sedangkan Korea Selatan, yang telah mendapat lisensi Jerman, menangani overhaul KRI Cakra pada 2004 lalu. Perbaikan menyeluruh KRI Nanggala yang direncanakan 2009 juga condong dilakukan di galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering, Korea.

"Kami akan menambah dua kapal selam lagi dalam 10 tahun mendatang," kata Juwono. Dirjen Sarana Pertahanan Dephan Marsda Eris Herryanto menolak berkomentar dari negara mana kapal selam terbaru didatangkan. Pasalnya, saat ini Dephan masih menunggu spesifikasi teknis yang disusun TNI AL. Setelah spesifikasi diterima, baru diadakan tender terbuka.

"Belum diputuskan condong ke mana. Terbuka untuk semua negara pembuat kapal selam," kata Eris. Jadi, tambahnya, tidak menutup kemungkinan kapal selam Rusia menjadi pilihan. Apalagi, kapal selam termasuk dalam paket kredit negara dengan Rusia, senilai US$ 1 miliar. Kredit tersebut disepakati kedua kepala negara 2006 lalu.

Eris menjelaskan, faktor penentu adalah alih teknologi yang ditawarkan negara produsen. Selain itu, kemudahan logistik yakni sarana, prasarana, dan kemudahan perawatan juga dianggap penting.

Hingga kini, belum ada pembicaraan terkait alih teknologi dengan Rusia. Sebaliknya, Korea telah menawarkan beberapa kali. Alih teknologi dengan Korea juga sudah berjalan dalam pengadaan empat kapal landing platform dock (LPD). Dua kapal sudah selesai dibangun di Korea, dua sisanya dilaksanakan di PT PAL, Surabaya.

Saat ini, Dephan masih mempelajari penawaran alih teknologi kapal selam tersebut. "Apakah tawaran itu benar-benar salah satu tahapan alih teknologi," kata Eris. Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Iskandar Sitompul menjelaskan, akan segera menyerahkan spesifikasi kapal selam dan kapal perusak kawal rudal.

"Pembahasan tim terus dikebut," katanya. Dia berharap, dengan penyerahan spesifikasi, Dephan dapat lebih cepat memproses pengadaan senjata strategis itu.

Sumber : JURNAS

Tidak ada komentar: